Investor Daily | Rabu, 3 Januari 2018
Emiten sektor perkebunan diproyeksi melanjutkan pertumbuhan kinerja keuangan hingga akhir tahun 2018. Peningkatan didukung oleh asumsi pertumbuhan harga jual minyak sawit mentah (crude palm oil/ CPO) seiring dengan proyeksi perlambatan volume produksi di Indonesia dan Malaysia.
“Kami memperkirakan terjadi perlambatan pertumbuhan produksi CPO Indonesia pada 2018. Kondisi ini mendorong kami untuk merevisi naik asumsi harga jual CPO dari Rp 8 juta menjadi Rp 8 juta menjadi Rp 8,5 juta per ton. Sedangkan perkiraan harga jual CPO tahun 2019 direvisi naik dari Rp 8,3 juta menjadi Rp 9 juta per ton,” tulis analis RHB OSK Securities Hariyanto Wijaya dalam risetnya, baru-baru ini.
Terkait produksi CPO, RHB Securities menyebutkan, bakal terjadi perlambatan pertumbuhan volume di Indonesia menjadi 3-5% pada 2018, dibandingkan dengan lonjakan tahun 2017 sekitar 21%. Sedangkan pertumbuhan volume produksi CPO Malaysia diestimasi mencapai 5-7% pada 2018. Puncak produksi CPO Malaysia diperkirakan terjadi pada kuartal I-2018.
Penurunan volume produksi menurut dia dipengaruhi dampak berlanjutnya La Nina di Indonesia dan Malaysia hingga 2018. Kondisi cuaca ini akan menurunkan produksi kelapa sawit dalam angka pendek. Hal ini bisa berimbas positif terhadap kenaikan rata-rata harga jual CPO ke depan.
Sejumlah kondisi tersebut mendorong RHB Securities merevisi naik target kinerja keuangan sejumlah perusahaan perkebunan kelapa sawit untuk tahun 2018-2019 berkisar 1-15%. Kenaikan ini merefleksikan estimasi kenaikan harga jual CPO tahun 2018. Siklus penurunan volume produksi CPO juga diperkirakan berlanjut hingga tahun 2019.
Berbagai faktor tersebut mendorong RHB Securiities untuk menaikkan rekomendasi saham perkebunan kelapa sawit dari underweight menjadi netral dengan saham pilihan teratas AALI dan LSIP. Saham AALI direkomendasikan netral dengan target harga 13.800. sedangkan saham LSIP dinaikkan menjadi rekomendasi beli dengan target harga 1.400.