London: KBRI Bern bekerja sama dengan ETH Zurich dan Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) cabang Jakarta mengadakan forum diskusi. Forum itu membahas isu kelapa sawit untuk lebih memahami permasalahan yang dihadapi industri kelapa sawit bagi masyarakat Swiss dan masa depan produk sawit.
Duta Besar RI Bern Muliaman D Hadad dalam sambutannya menyatakan tujuan penyelenggaraan forum diskusi menyamakan pandangan mengenai isu yang dihadapi dalam industri minyak sawit. “Diharapkan tercipta peluang bekerja sama dalam membangun masa depan industri sawit yang berkelanjutan,” kata Muliaman, seperti dikutip dari Antara, Senin, 29 April 2019.
Para peserta diskusi juga diajak terlibat dalam permainan diciptakan l mahasiswa ETH Zurich dalam proyek Oil Palm Adaptive Landscape (OPAL) mengenai tantangan yang dihadapi pemangku kepentingan sawit, seperti pemerintah, perusahaan sawit, LSM serta petani sawit dalam pengembangan sawit yang berkelanjutan.
Permainan yang mirip dengan monopoli ini dimainkan dengan antusias oleh peserta. Pembicara dari ISEI Bustanul Arifin dan Fadhil Hasan dari Asian Agri memaparkan tantangan dan potensi kelapa sawit Indonesia yang berkelanjutan.
Para pemeran dalam permainan menyampaikan sejumlah saran dan masukan agar pengembangan sawit di Indonesia berkelanjutan tidak hanya memenuhi harapan pemerintah namun juga pemangku kepentingan lain seperti pengusaha sawit, LSM, petani sawit dan lainnya.
Perhatian yang lebih besar diperlukan untuk membantu petani sawit terutama terkait dengan akses modal, akses pasar yang lebih mudah dan luas dan bantuan teknis agar dapat meningkatkan kualitas produksinya.
Permainan telah memberikan pemahaman mendalam mengenai isu dihadapi dan inisiatif yang harus diambil. Para peserta menyimpulkan menjadi petani kelapa sawit tidak lah mudah. Diskusi ini sangat bermanfaat untuk memahami berbagai masalah yang dihadapi masing-masing pemangku kepentingan dalam industri sawit ditengah kampanye negatif sawit di luar negeri.
Topik kelapa sawit menjadi isu hangat setelah diskriminasi yang dilakukan Uni Eropa terhadap penggunaan kelapa sawit, tepatnya setelah kebijakan Renewable Energy Directive (RED) II Delegated Act disahkan parlemen Eropa.
“Swiss menjadi tempat ideal untuk membahas masa depan kelapa sawit mengingat Swiss bukan anggota Uni Eropa, dan memiliki pemikiran yang lebih terbuka terhadap isu ini,” pungkas Dubes Muliaman.