Ketua Himpunan Pengusaha Kosgoro DKI, Syafi Djohan mengatakan, Indonesia mampu menghemat USD 15 miliar atau Rp 210,46 triliun anggaran impor minyak lewat penerapan Biodiesel 50 persen (B50). Hal tersebut akan berdampak sangat signifikan terhadap Current Account Deficit (CAD) Indonesia yang saat ini berada di posisi USD 25 miliar.
“Saat ini, hampir semua negara memiliki ketergantungan kepada minyak fosil fuel yang kita semua ketahui sebagai non–renewable dan juga merugikan kepada lingkungan. Ini adalah momen yang tepat untuk Indonesia menjadi negara yang Energy Independent melalui Sawit. Kita harus mengurangi ketergantungan kita terhadap Impor BBM,” ujarnya di Jakarta, ditulis Senin (16/9).
Dia menjelaskan, Indonesia sangat mungkin menjadi negara penghasil minyak untuk kebutuhan sendiri. Bahkan dia menyebut, Indonesia mampu menjadi negara pengekspor minyak dengan potensi sumber daya alam yang besar.
“Saya tidak melihat kenapa kita tidak bisa menjadi energy exportir dan bukan energy importir, karena kita telah dikaruniai dengan produk yang renewable dan sangat efisien, yaitu sawit,” jelasnya.
Hingga kini, ada sekitar 20 juta manusia yang hidupnya bergantung kepada industri sawit. Pihaknya juga melihat adanya tantangan dari negara–negara barat yang diskriminatif menyikapi produk unggulan Indonesia.
“Jangan sampai Gajah di pelupuk mata tidak terlihat, tetapi kuman di seberang lautan terlihat. Yang juga berarti, kita jangan hanya mencari investasi dari luar, tapi juga dari dalam negeri dan Indonesia harus investasi kepada masa depan sawit,” tandasnya.
Source: http://www.merdeka.com/uang/indonesia-disebut-bisa-hemat-rp-21046-triliun-melalui-b50.html