JAKARTA Ekspor minyak sawit nasional sepanjang Januari-Agustus 2019 mencapai 22,70 juta ton, atau meningkat 3,80% dari periode sama tahun sebelumnya. Rinciannya, ekspor berupa minyak sawit mentah (crude palm o/Z/CPO) sebesar 4,50 juta ton dan produk olahan (termasuk biodiesel dan oleokimia) sebesar 18,20 juta ton. Tiongkok dan India masih menjadi tujuan utama ekspor minyak sawit Indonesia.
Dalam data yang diolah Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki), produksi minyak sawit Indonesia sampai dengan Agustus 2019 mencapai 34,70 juta ton atau sekitar 14% lebih tinggi dari produksi periode yang sama 2018. Khusus produksi Agustus 2019 naik 8,70% dibandingkan Juli 2019. Kenaikan produksi dijumpai hampir di semua sentra produsen sawit. Pada periode ini sebenarnya iklim kurang bersahabat untuk kelapa sawit, terutama karena terjadinya kekeringan di beberapa wilayah Sumatera dan Kalimantan, tetapi efek kekeringan tersebut baru akan terasa satu atau dua tahun ke depan.
Sementara itu, konsumsi domestik minyak sawit sampai Agustus 2019 mencapai 11,70 juta ton atau sekitar 44% lebih tinggi dari periode yang sama tahun lalu. Peningkatan terbesar terjadi di konsumsi domestik untuk biodiesel hingga 122%. Konsumsi domestik Agustus tahun ini sekitar 1,50 juta ton atau 5% lebih tinggi dari konsumsi Juli. Hal ini berarti permintaan domestik sudah kembali ke kondisi normal usai lebaran. Sedangkan stok minyak sawit nasional akhir Agustus diperkirakan naik menjadi 3,80 juta ton atau bertambah sekitar 100 ribu ton dari stok Juli dan ini merupakan stok tertinggi tahun ini.
Direktur Eksekutf Gapki Mukti Sardjono mengatakan, sampai Agus tus 2019, ekspor minyak sawit RI mencapai sekitar 22,70 juta ton atau 3,80% lebih tinggi dari periode sama 2018. Khusus ekspor minyak sawit Agustus justru 1% lebih rendah dari Juli, meskipun harga rata-rata CPO Agustus sekitar US$ 40-50 lebih tinggi dari Juli. Volume ekspor CPO Agustus turun 95 ribu ton yang terkompensasi kenaikan ekspor produk turunannya sebesar 90 ribu ton. Pada Agustus, ekspor biodiesel turun dari Juli, yaitu dari 187 ribu ton menjadi 162 ribu ton, tidak tercatat adanya ekspor biodiesel ke Uni Eropa (UE). “Tiongkok dan India masih merupakan tujuan ekspor utama. Khusus Agustus, kenaikan ekspor terbesar terjadi pada destinasi Tiongkok yang naik 150 ribu ton dan ke Timur Tengah naik 110 ribu ton dan ke AS yang naik 90 ribu ton. Penurunan ekspor terjadi untuk tujuan India, Bangladesh, Pakistan, dan UE,” kataMukti di Jakarta, Kamis (17/10).
Dalam kesempatan itu, Mukti menjelaskan, harga rata-rata CPO CIF Rotterdam pada Agustus mencapai US$ 541 per metrik ton dan merupakan rata-rata harga bulanan tertinggi sejak Februari 2019. Di akhir Agustus, harga masih menunjukkan tren naik, Gapki berharap harga terus naik. Indonesia sebagai produsen terbesar minyak sawit perlu memperkuat pengaruhnya dalam kesimbangan supply-demand dan pembentukkan harga. “Implementasi program pencampuran biodiesel 20% (B20) dan segera dengan B30 pasti akan meningkatkan konsumsi dalam negeri dan diharapkan akan mengerek harga. Tetapi, mengingat harga minyak sawit dan minyak bumi yang fluktuatif maka pengaturannya perlu disusun sedemikian rupa sehingga tidak membelenggu Pertamina maupun produsen biodiesel,” ungkap Mukti Sardjono.
Menurut Mukti, hal lain yang perlu dilakukan di pasar minyak sawit domestik adalah penggunaan langsung CPO untuk pembangkit PLN yang saat ini sudah dilakukan beberapa uji coba di beberapa daerah, serta peningkatan kemampuan mengendalikan stok dengan menambah kapasitas tangki di pabrik kelapa sawit (PKS). “Mengapa di PKS? Karena biaya energinya lebih murah dan dapat menjadi fasilitas pendukung tambahan di PKS ketika terjadi ledakan produksi maupun gangguan transportasi,” ujar dia.
Sementara itu, dalam rangka terus memberikan informasi perkembangan industri sawit Indonesia dan global terkini juga menganalisis tren harga minyak sawit ke depan, Gapki kembali menyelenggarakan Indonesian Palm Oil Conference (IPOC), konferensi minyak sawit terbesar dunia. Tahun ini merupakan penyelenggaraan yang ke-15 kalinya.
Source: Investor Daily