JAKARTA – Harga sawit yang tak kunjung naik dan cenderung menunjukkan tren penurunan menjadi salah satu tantangan besar yang dihadapi industri sawit nasional. Karena itu, menjadi sangat penting bagi industri untuk mencari strategi agar komoditas sawit RI mempunyai daya saing di pasar global.
Salah satu upaya yang dilakukan pelaku industri sawit RI untuk menghadapi tantangan tersebut adalah dengan kembali menyelenggarakan Indonesian Palm Oil Conference (IPOC), konferensi minyak sawit terbesar dunia yang tahun ini merupakan penyelenggaraan yang ke-15 kalinya. IPOC digelar oleh Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) dalam rangka terus memberikan informasi perkembangan industri sawit Indonesia dan global terkini juga menganalisi tren harga minyak sawit ke depan.
IPOC 2019 atau The 15th Indonesian Palm Oil Conference and 2020 Price Outlook akan menjawab dinamika dan perkembangan industri sawit Indonesia yang selalu menjadi perhatian masyarakat banyak baik secara nasional maupun internasional. IPOC merupakan konferensi yang ditunggu-tunggu pemain sawit secara internasional. Hal ini dapat dilihat dengan tingkat capaian dan prestasi yang diukir IPOC selama 14 tahun yang telah membawa Indonesia menjadi salah satu negara yang dituju untuk mendapatkan informasi terkait sawit. IPOC 2019 diselenggarakan pada 30 Oktober-1 November 2019 di Nusa Dua, Bali, dengan mengusung tema Palm Oil Industry : Managing Market, Enhancing Competitiveness.
Ketua Panitia Penyelenggara IPOC Mona Surya mengatakan, industri sawit RI terus berkembang dan berkibar, seiring makin besarnya industri ini makin besar pula tantangannya, baik regulasi pemerintah, pasar maupun masyarakat pelaku industri. Harga sawit yang tak kunjung naik dan cenderung menunjukkan tren penurunan menjadi satu tantangan yang besar sehingga sangat penting bagi industri untuk mencari strategi untuk mempunyai daya saing di pasar global. “Tema IPOC 2019 diangkat secara khusus untuk membahas lebih komprehesif mengenai permasalahan yang dihadapi dan bagaimana industri sawit bersikap untuk bertahan menjadi komoditas yang berdaya saing dengan komoditas lain di pasar global,” kata Mona Surya.
Konferensi selama dua hari ini juga akan membahas bagaimana perang dagang AS dan Tiongkok, regulasi di negara tujuan ekspor dan ekonomi geopolitik yang akan mempengaruhi masa depan industri sawit. Selain itu, dibahas pengembangan daya saing minyak sawit dengan penekanan pada industri hilir, supply and demand minyak nabati dunia, tren pasar global, dan proyeksi harga minyak sawit untuk tahun berikutnya.
IPOC tahun ini rencananya dibuka dan diinagurasi Wakil Presiden RI dan Menko Perekonomian RI juga akan hadir memberikan special keynote speech. Sudah menjadi tradisi bagi IPOC menghadirkan pembicara pembicara ahli senior dunia untuk menguak tren harga, seperti Dorab Mistry (Godrej International Ltd), James Fry (LMC International), Thomas Mielke (Oilworld), dan Arif P Rachmat (Kadin Indonesia).
Tahun ini, secara khusus IPOC mengundang para akademisi dari universitas nasional maupun internasional. Ini merupakan suatu hal yang istimewa karena Gapki membuat satu sesi khusus untuk memberikan pandangan dan hasil studi mereka. Para akademisi ini adalah Prof Pietro Paganini John Cabot University of Rome), Dr Otto Hospes (Wageningen University), dan Prof Erliza Hambali (Institut Pertanian Bogor). Ketiga akademisi ini akan membahas isu daya saing sawit dari berberapa sudut pandang. Di sesi bioenergi, menghadirkan Dr IGB Ngurah Makertiharth (Institut Teknologi Bandung) khusus membahas update riset terkini bioenergi yaitu pengembangan greenfuel (biopremium dan bioavtur) dari CPO dengan katalis merah putih. IPOC juga menghadirkan sederetan pembicara terkenal lainnya yang ahli di bidangnya.
IPOC merupakan wadah para pelaku bisnis dan pemangku kepentingan (stakeholders), pemilik, CEO dan eksekutif, dan para pengambil kebijakan baik tingkat nasional maupun internasional, untuk bersamasama membahas isu-isu strategis di seputar industri sawit hulu sampai hilir. IPOC juga ajang para pelaku usaha untuk memperluas jaringan usahanya baik melalui pameran produk, sponsorship maupun tatap muka secara langsung. Keistimewaan lain dari penyelenggaraan IPOC tahun ini adalah Gapki terus membantu pemerintah mempromosikan pariwisata dan budaya budaya nusantara lainnya melalui seni tari yang disuguhkan pada acara pembukaan maupun acara kasual lainnya, pakaian seragam batik dan berbagai hal lainnya. (tl)