JAKARTA – APROBI menyebutkan perusahaan produsen biofuel menambah kapasitas produksi mereka hingga 3,60 juta kl pada tahun ini untuk mendukung program B30, peningkatan kapasitas produksi dilakukan karena minat ekspor biodiesel yang masih tinggi, salah satunya ke Tiongkok.
Ketua Harian Aprobi, Paulus Tjakrawan mengatakan, peningkatan kapasitas produksi juga diperlukan karena pemerintah meningkatkan mandatori campuran bahan bakar nabati dan solar tersebut dari B20 menjadi B30 pada tahun ini. “Tahun 2020 ada beberapa perusahaan yang siap menambah kapasitas, ada juga yang berniat membuat baru pabrik biodiesel, ada yang selesai pertengahan tahun, kuartal II dan IV,” kata Paulus di Jakarta, kemarin.
Aprobi mencatat, kebutuhan biodiesel untuk penerapan B30 sebesar 9,60 juta kl. Sementara kapasitas terpasang 19 perusahaan produsen biodiesel di Indonesia sekitar 12 juta kl per tahun. “Kapasitas dalam negeri kita praktis sudah habis. Kapasitas yang ada hampir 12 juta kl, tapi pada praktiknya, kapasitas produksi hanya 80%, otomatis yang terpakai hanya 9,60 juta kl,” kata Paulus. Penambahan kapasitas produksi ini juga dapat meningkatkan ekspor biofuel Indonesia. Menurut Paulus, Tiongkok masih menjadi pasar ekspor yang tinggi bagi perusahaan biofuel.
Dalam catatan Aprobi, ekspor biodiesel pada 2019 sebesar 1,30 juta kl atau turun sekitar 18% dari 2018 yang mencapai 1,60 juta kl. Pasar ekspor tersebut adalah Uni Eropa, Tiongkok, dan Honkong. “Tahun lalu, Tiongkok itu mendapat biodiesel dari Indonesia sebanyak 61.947 kl. Kemungkinan ini bisa meningkat untuk Tiongkok. Namun, ada faktor lain yaitu kapasitas dalam negeri kita yang sudah habis,” kata Paulus seperti dilansir Antara.
Investasi untuk penambahan kapasitas produksi biodiesel sebesar 3,60 juta kl itu diperkirakan mencapai Rp 6 triliun. Pada 2021, kapasitas produksi biodiesel juga diperkirakan bertambah 3,60 juta kl sehingga diperkirakan kapasitas terpasang menjadi sekitar 19,20 juta kl.
Source: Investor Daily