BOGOR. PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) masib mengambil sikap konservatif untuk tahun ini. Perusahaan perkebunan milik grup Astra ini hanya akan menganggarkan belanja modal alias capital expenditure (capex) senilai Rp 1,3 triliun, turun 13% dibanding anggaran tahun lalu sebesar Rp 1,5 triliun.
Direktur Utama AALI Santosa nienjelaskan, separuh dari anggaran belanja modal tersebut akan digunakan untuk melakukan penanaman kembali alias replanting. “Karena ini program kami jangka panjang dan tidak boleh berhenti,” ujar dia, Rabu (19/2).
Kemudian, sebesar 30% akan digunakan untuk biaya infrastruktur dan biaya perawatan pabrik. “Karena itu tidak bisa kalau semua pakai dana belanja operasional,” terang Santosa.
Sisa capex akan digunakan untuk menambah kapasitas pabrik. Tapi, jumlah penambahan kapasitas baru akan ditentukan usai kuartal III tahun ini. Pasalnya, masa panen puncak di tahun lain bisa dibilang tidak ada karena kemarau panjang.
Kondisi ini membuat pasokan CPO tidak banyak di awal tahun ini. “Efek kemarau panjang di tabun lain membuat tidak ada masa panen yang tinggi,” tulur Santosa.
Tapi AALI memastikan ada penambahan kapasitas dengan menambah line pabrik. “Kami sudah memiliki 32 pabrik, jadi cukup menambah line saja,” jelas Santosa.
Akibat efek kemarau, AALI memperkirakan produksi CPO tahun ini bakal stagnan. Hingga kuartal ketiga tahun lain, produksinya sebesar 1,7 juta ton, naik sekitar 10% dibanding periode yang saham tabun sebelumnya. “Efek kemarau panjang masih akan terasa sampai kuartal tiga tahun ini,” Ujar Santosa.
Di sisi lain, usia tanaman AALI sudah banyak yang mature, yakni di atas usia 15 tahun. Saat ini, total laba AALI seluas 285.000 hektare (ha). Terdiri dari 220.000 ha lahan inti, sedangkan sisanya milik plasma.
Baik tanaman inti dan plasma sama-sama mature. Untuk itu, AALI setiap tabun melakukan penanaman kembali sekitar 5.000 ha-6.000 ha.
Kondisi ini pula yang membuat perusahaan ini sangat tergantung akan barga jual. “Kami berharap harga jual tahun ini jauh lebih baik dibanding tahun lain. Apalagi menengok harga jual di Januari 2020 bisa sampai mencapai RM 3.000,” kata Santosa.
Pasalnya, jika barganya anjlok lagi seperti tabun lain, laba bersih perusahaan ini bisa saja berubah status menjadi rugi. “Idealnya harga jual CPO untuk kami agar minimal stagnan seperti tahun lain, harga harus naik Rp 400 per kilogram,” jelas Santosa.
Tahun lain, barga jual ratarata CPO AALI bingga kuartal tiga 2019 adalah sekitar Rp 6.700 per kg.
Source: Koran Kontan