KOMPAS.com – Direktur Jenderal Perkebunan, Kasdi Subagyono mengatakan, Kementerian Pertanian (Kementan) telah mengambil langkah cepat dengan mengkaji alternatif tujuan pasar ekspor komoditas perkebunan. Langkah ini diambil sebagai bentuk antisipasi menurunnya permintaan China terhadap ekspor komoditas perkebunan Indonesia di tahun 2020.
Pasalnya, terang Kasdi, saat ini China membatasi keluar masuknya barang dari dan atau ke China. Pembatasan ini dilakukan untuk mencegah penyebaran pandemi Covid-19 yang disebabkan virus corona. Untuk itu, lanjutnya, selain fokus dalam peningkatan produksi, Kementan juga akan berupaya mencari alternatif pasar tujuan ekspor.
“Hal ini sekaligus tindak lanjut dari arahan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, bahwa pertanian harus menjadi sektor yang paling tangguh dalam menghadapi berbagai krisis,” ujarnya seperti keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Kamis (2/3/2020).
Perlu diketahui, negara berjuluk Tirai Bambu tersebut merupakan salah satu mitra dagang Indonesia yang cukup besar dalam ekspor komoditas perkebunan. Komoditas tersebut, di antaranya kelapa sawit, kelapa, kakao, karet, kopi, teh, lada, pala, cengkeh, dan kayu manis.
Enam strategi Kementan
Lebih lanjut, Kasdi mengungkapkan, pihaknya menyiapkan enam strategi utama untuk memperkuat ekspor perkebunan Indonesia di tengah pandemik Covid–19. Strategi pertama adalah lobi perdagangan dengan negara mitra baru. Termasuk, mengupayakan direct eksport terhadap komoditas yang selama ini di re-ekspor melalui China.
“Kedua, kami akan melakukan lobi terhadap kesepakatan tarif bea masuk di negara tujuan dan memberikan kemudahan perdagangan bilateral, seperti untuk sugar, vanaspati ghee dan komoditas lainnya,” tuturnya.
Ketiga, meningkatkan jaminan atas kualitas, brand image, dan ketersediaan produk secara berkelanjutan.
Strategi keempat, lanjut Kasdi, mengupayakan peningkatan kerja sama perdagangan untuk akses pasar. Caranya melalui optimalisasi pemanfaatan perwakilan Indonesia di luar negeri, kerja sama yang sudah berjalan dipercepat, dan tentunya dengan mengembangan kesepakatan baru.
Dia mencontohkan, berdasarkan analisisnya, penyerapan China untuk sawit pada tahun ini dipastikan akan menurun.
“Untuk mengantisipasi hal ini kami akan dorong peningkatan ekspor sawit ke India, Pakistan, Bangladesh dengan kenaikan sebesar 20 persen, Amerika Serikat 5 persen,” ujarnya.
Selain itu, lanjutnya, ekspor juga dilakukan ke Tunisia, Turki, Mesir, Aljazair, Maroko dan Iran yang naik sebesar 10 persen. Adapun untuk konsumsi dalam Negeri ditargetkan naik 5 persen.
Strategi kelima, lanjut Kasdi, pihaknya akan meningkatkan konsumsi domestik, seperti program B-30 untuk Crude Palm Oil (CPO), aspal karet untuk karet, kopi, gula semut, dan komoditas lainnya.
Lalu yang keenam, adalah optimalisasi pelayanan jaringan informasi dan komunikasi secara terorganisasi antara business to business (B to B) dan government to government (G to G).
Sementara itu, untuk ekspor karet di tahun 2020, Kasdi mengaku telah mempersiapkan target-target peningkatan dan negara-negara alternatif tujuan ekspor karet selain China.
“Kami akan dorong ke Jerman dan Prancis dengan besar kenaikan 10 persen. Amerika Serikat dan Argentina 10 persen, Jepang dan Korea Selatan naik 7,5 persen, Afrika Selatan hingga 2,5 persen, untuk konsumsi dalam negeri kami targetkan meningkat hingga 5 persen” tandasnya.
Sumber: Kompas.com