JAKARTA – Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI) memastikan kegiatan operasional industri hilir sawit nasional tetap berjalan normal dengan menjalankan protokol pencegahan Covid-19.
Dengan berproduksi seperti biasa, pelaku usaha menjamin pasokan atau ketersediaan produk hilir sawit, seperti minyak goreng, margarin, sabun, dan hand sanitizer, selalu terjaga selama masa pandemi Covid-19 maupun Puasa-Lebaran.
Direktur Eksekutif GIMNI Sahat Sinaga menjelaskan, produsen minyak nabati di Tanah Air mengikuti arahan pemerintah terkait protokol kesehatan dalam kegiatan operasionalnya. “Sebagian besar anggota GIMNI yang bergerak di bidang produksi pangan, minyak goreng, sabun, dan hand sanitizer tetap melakukan aktivitasnya seperti biasa dan setiap anggota GIMNI berpegang kepada Sistem Informasi Industri Nasional agar produksi tetap berjalan dan kebutuhan pokok masyarakat tetap terjaga,” ungkap Sahat Sinaga di Jakarta, Kamis (23/4).
Sahat menuturkan, sejumlah arahan, aturan, serta protokol dan ketentuan pemerintah dalam hal ini Kementerian Perindustrian (Kemenperin) telah dijalankan produsen hilir sawit nasional agar tetap beraktivitas seperti biasa, salah satunya Surat Edaran (SE) Menteri Perindustrian No 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Operasional Pabrik Dalam Masa Kedaruratan Kesehatan Masyarakat Akibat Corona. “SE itu menjadi pedoman bagi pelaku industri dalam menjalankan kegiatan usahanya selama masa pandemi Covid-19, termasuk anggota kami,” jelas Sahat.
Selain itu, SE Menteri Perindustrian terkait skema pengajuan dispensasi mobilitas logistik industri juga dijalankan. Ketentuan tersebut diterbitkan untuk memperlancar arus barang, petugas logistik pabrikan akan dilengkapi surat keterangan dengan barcode sehingga dapat diperiksa aparat berwajib sehingga arus pergerakan barang pabrikan lancar. “Dengan beredarnya SE ini, kami sangat berharap tidak ada hambatan terhadap pergerakan logistik barang dan tentunya pasokan minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) dari perkebunan sawit juga lancar sehingga produksi anggota GIMNI tetap berproduksi di masa pandemi Covid-19,” ujar Sahat.
Dengan menjalankan upaya tersebut secara maksimal, Sahat mengatakan, barang berkategori primer seperti minyak goreng tetap tersedia di pasar tradisional dan pasar modern, sehingga masyarakat tetap tenang selama kebijakan bekerja di rumah (work from home) berjalan. “Protokol kesehatan pencegahan Covid-19 telah diterapkan di seluruh pabrik anggota GIMNI. Misalnya, semua karyawan pabrik wajib memakai masker dan dilakukan pemeriksaan secara rutin suhu badan pekerja sebelum melakukan pekerjaan,” jelas dia.
Guna mempercepat penanganan Covid-19, anggota GIMNI selalu berpedoman pada PP No 21 Tahun 2020 tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan Permenkes No 9 Tahun 2020 tentang Pedoman PSBB. Anggota GIMNI juga mengikuti imbauan Dirjen Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan dan Dirjen Industri Agro Kemenperin Abdul Rochim agar membantu masyarakat di tengah sulitnya ekonomi akibat Covid-19 dengan mendistribusikan bantuan di berbagai daerah berupa sembako, produk kebersihan, dan alat kesehatan.
Sedikitnya 15 anggota GIMNI telah memberikan bantuan di 18 provinsi di Indonesia, di antaranya Wilmar Group, Musim Mas Group, Apical, Permata Hijau Group, Sungai Budi Group, Incasi Raya Group, PT Victorindo Alam Lestari, PT Sari Dumai Sejati, PT Satu, PT Guntung Indaman Nusa, PT Globalindo Alam Perkasa, PT Sime Darby Oils, PT Best, Cargill Indonesia, dan PT Bintang Tenera.
Pengaruh Harga Minyak
Menanggapi harga minyak dunia yang anjlok, Sahat mengatakan, hal tersebut tidak akan secara langsung mempengaruhi harga CPO Indonesia. Industri sawit nasional memang sangat dipengaruhi oleh pergerakan harga minyak dunia, jika harganya naik maka berdampak positif terhadap harga CPO tetapi sebaliknya jika harganya anjlok maka harga CPO juga turun. “Tapi industri sawit nasional saat ini sepertinya tidak perlu lagi melihat perkembangan harga minyak dunia karena harga minyak dunia sangat fluktuatif, kadang naik kadang turun dan sulit diperkirakan,” ungkap Sahat.
Hal yang paling penting diupayakan pelaku usaha sawit saat harga minyak anjlok adalah menekan biaya produksi sawit yang masih tinggi. Saat ini, biaya produksi sawit di Indonesia relatif tinggi karena masalah logistik. “Percuma saja jika harga minyak dunia bagus tetapi ongkos produksi mahal maka keuntungannya juga kecil, karena itu pekerjaan rumah paling utama adalah menurunkan biaya produksi sawit dengan memperbaiki kualitas pembangunan infrastruktur. Harga minyak nomor dua yang paling utama menurunkan biaya produksi sawit,” ujar dia. (Ridho Syukra)
Sumber: Bisnis.com