JAKARTA – Direktur Eksekutif Council of Palm Oil Producing Countries (CPOPC) Tan Sri Datuk Dr. Yusof Basiron, mengungkapkan industri sawit masih memiliki hambatan besar pada pasar Eropa. Kampanye negatif mengenai industri kelapa sawit tidak hanya gencar di berbagai media, namun organisasi-organinasi Internasional pun disinyalir telah disusupi oleh kepentingan kampanye anti sawit melalui berbagai isu.
Seperti yang dilakukan organisasi internasional Lembaga Kesehatan Dunia atau WHO, baru-baru ini salah satu kantor cabangnya yakni regional untuk wilayah Mediterania Timur (EMRO) dan Eropa mengeluarkan infografis yang berjudul “Nutrition Advice for Adults During COVID-19”. Dalam infografis yang dimuat di website resmi hingga media sosial WHO regional tersebut berisikan anjuran kepada masyarakat khususnya orang dewasa untuk menghindari makanan lemak jenuh selama pandemi, termasuk diantaranya minyak sawit.
“Besar kemungkinan ini dilakukan dengan sengaja sebagai bagian dari kampanye anti sawit. WHO tidak memiliki basis ilmiah yang mampu mengungkapkan bahwa kelapa sawit itu berbahaya.” Tegas Yusof Basiron dalam Diskusi secara online, yang dihadiri InfoSAWIT, belum lama ini.
Sementara diungkapkan Direktur Perdagangan, Komoditas dan Kekayaan Intelektual Kementerian Luar negeri (Kemenlu), Hari Prabowo menyayangkan tindakan WHO yang telah mengaitkan secara langsung antara nasehat yang sifatnya umum dengan konteks khusus do’s and don’t’s di tengah pandemik. Kesalahan ini menggiring opini seolah-olah jika mengkonsumsi produk tertentu dapat meningkat resiko tertularnya COVID-19.
Lebih lanjut, Hari mengungkapkan infografis anjuran tersebut dikeluarkan oleh kantor regional untuk wilayah Mediterania Timur yang mencakup Timur Tengah, Afrika Utara, Yunani, Italia atau bisa dibilang negara-negara dengan konsumen minyak olive oil yang tinggi. Konten serupa juga ditemukan di kantor regional WHO untuk wilayah Eropa. Dengan kata lain infografis tersebut beredar di wilayah-wilayah yang menjadi kompetitor terbesar kelapa sawit di pasar komoditas minyak nabati dunia.
“Kami sudah melayangkan surat keberatan kepada WHO Indonesia dan mendorong perwakilan di Jenewa untuk menyampaikan concern yang sama dengan menyertakan bukti-bukti ilmiah,” tandas Hari. (T2)
Sumber: Info Sawit