KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Hingga Mei 2020, kinerja ekspor minyak sawit Indonesia tidak terlalu menggembirakan. Pasalnya, ekspor minyak sawit dan turunannya sejak Januari hingga Mei tercatat sebesar 12,73 juta ton atau mengalami penurunan 13,7% dari periode yang sama tahun lalu.
Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Joko Supriyono pun mengaku sulit untuk memproyeksi kinerja ekspor minyak sawit di semester II tahun ini.
“Sangat sulit memprediksi [kinerja ekspor] karena tergantung seberapa cepat pemulihan ekonomi di beberapa negara,” ujar Joko kepada Kontan, Jumat (24/7).
Joko berharap ekonomi China bisa segera pulih. Tak hanya itu, ekonomi India diharapkan mulai pulih di semester II sehingga bisa secara bertahap mengimpor kembali. Dia berpendapat, dengan pulihnya ekonomi negara-negara tersebut, maka kegiatan ekspor minyak sawit Indonesia masih tetap berlangsung.
“Paling tidak pasar-pasar besar masih berjalan, tidak berhenti total,” ujar Joko.
Adapun, berdasarkan data Gapki, kinerja ekspor minyak sawit Indonesia ke beberapa negara tujuan seperti China, India hingga Uni Eropa masih tercatat mengalami penurunan. Di Mei, ekspor minyak sawit ke China turun 21% dari April, ke India turun 9,2%, dan ke Uni Eropa turun 16,62%.
Joko pun mengaku belum bisa memproyeksi akan seperti apa ekspor ke negara-negara tersebut bila ekonomi negara tersebut bisa pulih. Namun, dia mengatakan kinerja ekspor tahun ini akan sulit bila menyamai dengan kinerja tahun lalu.
Meski begitu, Joko juga mengatakan pihaknya masih akan terus menyasar pasar ekspor. “Tetap menyasar ekspor karena dalam negeri sudah tercukupi,” ujar Joko.
Adapun, sejak Januari hingga Mei 2020, konsumsi minyak sawit dan turunannya di dalam negeri mencatat peningkatan sebesar 3,6% menjadi 7,33 juta ton dibandingkan periode yang sama lalu.
Sumber: Kontan.co.id