Liputan6.com, Jakarta – Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDP-KS) mendorong tumbuhnya Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) sawit terus tumbuh baik yang berada di sekitar perkebunan dan provinsi sentra kelapa sawit.
Di tengah pandemi, pelaku usaha UMKM sawit tetap inovatif mengembangkan produk dan usaha. Beragam produk bermunculan mulai dari hand sanitizer, sabun cair (liquid soap), suplemen minyak sawit merah, gula merah, dan kerajinan limbah sawit.
Plt. Direktur Kemitraan BPDP-KS Muhammad Ferian menyebutkan bahwa petani dan kelompok tani menjadi poin penting dalam grand design penguatan industri sawit.
“Pertimbangannya sangat jelas, petani beserta kelembagaan mereka merupakan kunci sukses dalam industri sawit,” ujar Muhammad Ferian di Jakarta, Senin (10/8/2020).
Dalam upaya peningkatan kesejahteraan petani, dikatakan Ferian, petani dapat diarahkan kepada sektor UMKM. Sebab UMKM ini bersifat usaha yang produktif untuk peningkatan pendapat petani melalui penciptaan nilai tambah produk sawit (minyak dan biomasa).
Selain itu, format kelembagaan UMKM dapat digunakan untuk meningkatkan posisi tawar yang optimal dan akses langsung kepada pasar.
Di saat pandemi, banyak UMKM sawit yang menghasilkan produk dibutuhkan masyarakat seperti produk pembersih tubuh, sanitasi, dan makanan.
“Kami bekerja sama dengan sejumlah lembaga untuk menghasilkan produk di masa pandemi. Kerjama dengan Surfactant and Bioenergy Research Center – Institut Pertanian Bogor (SBRC – IPB) yang menghasilkan sabun cair dan hand sanitizer yang akan dilaunching bulan ini. Kami juga menggerakkan petani supaya memproduksi produk pangan yang relevan dengan keadaan saat ini,” kata Ferian.
Ferian menegaskan intinya pihaknya sudah memulai beberapa program yang difokuskan pada UMKM dan kelompok petani. “Kami harapkan kemitraan dengan BPDP-KS tidak hanya wacana tetapi hasil akhir yang bisa membuat petani sawit yang dulunya belum punya usaha menjadi memiliki usaha dan kegiatan ekonominya jauh lebih baik,” ujarnya.
Salah satu produk inovasi UMKM yang telah berkembang adalah hand sanitizer dan liquid soap dari sawit. Prof. Dr. Ir. Erliza Hambali, Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB) mengungkapkan usaha kecil menengah (UKM) hand sanitizer berbahan kelapa sawit cukup menjanjikan.
Karena, kelapa sawit dapat diolah tidak hanya menjadi makanan melainkan dapat menjadi produk energi, personal care dan bahan baku industri perminyakan. Jadi sepantasnya kita meningkatkan nilai tambah minyak sawit, salah satunya diolah menjadi hand sanitizer.
“Produk hand sanitizer dari sawit memiliki karakter berbeda dari produk lain. Untuk melindungi kulit dari kekeringan akibat penggunaan etanol pada konsentrasi tinggi, digunakan gliserol dari sawit yang dapat menahan penguapan air dari permukaan kulit serta memberikan kulit kelembaban dan kesegaran alami,” jelasnya.
Sebagian besar konsumen mengkategorikan bahwa produk hand sanitizer sawit ini merupakan produk natural, alami dan organic.
Inovasi Petani
Sekretaris Jenderal DPP APKASINDO Rino Afrino mengakui banyak inovasi petani melalui berbagai UMKM di sekitar perkebunan sawit. Mereka menghasilkan inovasi produk seperti tas sawit, gula merah, dan dodol sawit.
Selain yang berhubungan dengan sawit, terdapat pula UMKM yang menjadi pendukung kegiatan perkebunan dan industri di sektor transportasi, perdagangan, dan logistik.
Sementara itu, Asisten Deputi Pertanian dan Perkebunan, Deputi Bidang Produksi dan Pemasaran Kementerian Koperasi dan UMKM RI, Dewi Syarlen mengakui bahwa perkebunan merupakan subsektor pertanian yang mampu bertahan di masa pandemi. Komoditi sawit merupakan sektor paling tangguh dan menjadi penolong perekonomian Indonesia.
Di saat kondisi pandemi belum usai, Kementerian Koperasi dan UKM RI telah menyiapkan sejumlah langkah untuk menjaga keberlangsungan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah termasuk di sektor sawit.
Apalagi dari 67 juta UMKM di Indonesia, terdapat 5,6 persen merupakan UMKM di sektor pertanian. Dewi menjelaskan terdapat tiga lagkah yang dilakukan Kementerian untuk menjaga keberlanjutan UMKM.
Pertama adalah Bantuan langsung Tunai (BLT) yang diberikan pada UMKM aktif berdasarkan by name by address. Jumlah bantuan sebesar Rp 2,4 juta/UMKM kepada 12 juta UMKM di Indonesia.
Kedua, pelatihan online meningkatkan kapasitas produksi UMKM. Terakhir, menjalankan standarisasi dan sertifikasi produk diberikan pada UMKM yang sesuai dengan komoditasnya masing-masing agar produknya memiliki daya saing tinggi.
Sumber: Liputan6.com