Sebenarnya, bisnis perkebunan dan pengolahan kelapa sawit sedang pada mode yang tidak positif karena berbagai faktor. Namun, pada semester I/2020 kinerja PT Astra Agro Lestari Tbk. cukup menggembirakan. Terjadi kenaikan pendapatan dan laba bersih.
Pada semester I/2020, pendapatan bersih Astra Agro (kode di bursa: AALI) naik 6,5% menjadi Rp 9,1 triliun dari Rp 8,5 triliun pada semester I/2019. Laba bersih juga positif, yakni Rp 391,9 miliar atau naik hingga 796%, dari hanya Rp 43,71 miliar pada semester I/2019. Kinerja yang oke di tengah situasi industri yang masih lesu.
Secara makro, peningkatan kinerja antara lain juga ditopang kenaikan harga jual rata-rata CPO. Harga jual rata-rata CPO Astra Agro naik 25,9%, dari Rp 6.441 per kg pada 2019 menjadi Rp 8.109 per kg. “Kenaikan harga CPO di tengah pandemi dipicu meningkatnya daya serap pasar dalam negeri sebagai dampak dari pelaksanaan program mandatori B30 oleh pemerintah,” Santosa, Presiden Direktur Astra Agro Lestari, menjelaskan.
Selama ini kinerja finansial industri CPO dipengaruhi faktor produksi dan harga supply-demand. “Harga tahun ini memang relatif lebih baik dibandingkan tahun lalu, karena tahun lalu itu harga benar-benar hancur-hancuran. Tidak banyak yang menghasilkan profit kecuali yang efisiensinya benar-benar luar biasa,” kata Santosa.
Tahun 2019 harga CPO turun signifikan dan sempat menyentuh level terendah, US$ 497 per ton. Selain itu, produktivitas kelapa sawit juga menurun sebagai dampak musim kemarau panjang tahun 2018 serta El Nino ringan di wilayah Indonesia.
Selama pandemi Covid-19, kegiatan operasional di perkebunan kelapa sawit Astra Agro berjalan normal. Perseroan menerapkan protokol Covid-19 yang ketat. Physical distancing diterapkan pada seluruh kegiatan karyawan. Perlengkapan dan sarana untuk mencegah penularan Covid-19 pun disiapkan. Selain itu, juga diberlakukan pembatasan akses keluar-masuk di areal perkebunan.
Sampai sekarang, di Astra Agro, khususnya kebun, hampir tidak ada yang terpapar. Manajemen memastikan agar kebun tetap berjalan baik karena lebih dari 30 ribu keluarga terlibat dalam bisnis, sehingga kalau lumpuh, dampaknya bisa sangat besar.
Faktor terpenting yang menopang kinerja semester I/2020, antara lain, Astra Agro sudah menjalankan operational excellence dan digitalisasi sehingga pada masa pandemi ini mendapatkan berkah dan manfaatnya. Astra Agro menjalankan program intensifikasi, mekanisasi, dan automasi melalui penerapan inovasi teknologi. Dari sisi operasional, mengembangkan benih unggul, melanjutkan operasi industri hilir, dan menggulirkan program peremajaan tanaman (replanting). Pada semester I, anak usaha Grup Astra ini berhasil merampungkan replanting 4.633 hektare.
Ide digitalisasi di Astra Agro dimulai pada 2017 untuk memonitor kebun melalui teknologi digital. “Sekarang kami sudah computerized, termasuk pola kerja, sehingga data kami tersentralisasi melalui Operation Center of Astra Agro (OCA) kami di kantor pusat,” ungkap Santosa. Perusahaan ini sudah mengembangkan dan menjalankan tiga aplikasi yang diberi nama MELLI, AMANDA, dan DINDA.
Dulu selalu harus menunggu laporan hingga tutup sebulan rekap baru tahu data yang utuh. Sekarang, setiap jam supervisor pabrik mengirimkan data ke kantor pusat melalui aplikasi MELLI (Mill Excellent Indicator). Sehingga, kalau ada sesuatu, bisa direspons dengan cepat tanpa perlu menunggu ahlinya datang ke kebun. Aplikasi ini sangat berguna dalam memasok data yang akurat dan cepat mengenai berbagai indikator di pabrik kelapa sawit dan memudahkan pengambilan keputusan. Lalu, tiap kepala afdeling kini dilengkapi tools tersebut sehingga setiap sore bisa memasukkan data.
Adapun AMANDA, Aplikasi Mandor Astra Agro, dipakai para mandor kebun untuk mengelola produktivitas dan ketuntasan rawat dari timnya di kebun. Dan, aplikasi DINDA (Daily Indicator of Astra Agro), untuk membantu pengembangan model sistem dan memudahkan manajemen dalam mengembangkan kerja yang efektif dan efisien. “Semua aplikasi ini diintegrasikan melalui OCA, sistem induk yang dikembangkan dengan basis informasi real-time sehingga keputusan dan eksekusinya lebih cepat,” kata Santosa.
Manfaatnya, dulu inspektorat di Astra Agro perlu keliling ke seluruh Indonesia, sekarang bisa work from home, dan dari rumah masing-masing bisa tetap melihat dan mengaudit, tinggal cek di blok mana dan videonya. Jadi, masih bisa kerja seperti biasa. Inovasi digital ini sangat bermanfaat di tengah masa pandemi. “Kami mengaplikasikan digitalisasi dalam proses perawatan dan panen. Kinerja yang positif pada semester I/2020 merupakan bukti dari operational excellence dan cost efficiency yang sudah dijalankan Astra Agro,” Santosa menegaskan.
Contohnya, soal data kebun. Dulu Astra Agro baru menyediakan data agregat, tetapi sekarang sudah data per afdeling. Produktivitas per pemanen juga mudah dimonitor; pekerja yang malas ataupun rajin termonitor dari GPS.
“Kami ingin menjadi yang modern di dunia sawit. Hanya Astra Agro yang punya tim data scientist sawit dan mereka masih muda-muda, 20-25 tahun. Mereka belajar untuk bisa modelling, antisipasi, prediksi. Kalau bukan kami yang develop sendiri, siapa lagi? Makanya, kami sedang bangun kompetensi ke arah sana,” ungkap Santosa penuh semangat. Menurutnya, digitalisasi ditujukan untuk mencapai cost leadership karena produk yang digarap merupakan komoditas yang harga jualnya sudah ditentukan pasar global.
Dari kejadian krisis karena pandemi dan program digitalisasi ini, menurut Santosa, pihaknya mendapatkan pelajaran penting bahwa perusahaan memang harus dikelola secara agile. Digitalisasi benar-benar menjadi jurus yang jitu.
“Bagaimana kita menyikapi tantangan ini, salah satunya harus dengan teknologi. Semua perusahaan harus sadar bahwa teknologi menjadi penting. Kalau tidak menerapkan teknologi, pelajarannya di kala ekstrem, tidak hanya pandemi ini, kita tidak bisa berkompetisi dengan perusahaan lain. Kita akan tertinggal,” Santosa menekankan. (*)
Sumber: SWA.co.id