Jakarta – Sebagai platform pembangunan global yang telah disepakati bersama, Sustainable Development Goals (SDGs) memiliki 17 tujuan besar dan 169 target yang dapat dikelompokkan pada tiga aspek utama yakni ekonomi, sosial, dan lingkungan hidup.
Bagi Indonesia, SDGs tersebut sesungguhnya sudah mulai diterapkan sebelum diadopi secara internasional. Misalnya, pada industri minyak sawit Indonesia, pemerintah telah memperkenalkan dan mengimplementasikan pembangunan perkebunan kelapa sawit berkelanjutan atau dikenal dengan ISPO sejak 2011.
Dalam laporan PASPI Monitor dituliskan, “secara built in, industri kelapa sawit memiliki multifungsi pertanian yang terdiri dari: fungsi ekonomi (white function), fungsi sosial budaya (yellow function/services), pelestarian tata air (blue services), dan fungsi pelestarian sumber daya alam (green function). Jika diterjemahkan secara lebih spesifik lagi, multifungsi pertanian dapat diuraikan menjadi tujuan-tujuan dalam SDGs. Berdasarkan penelitian/studi empiris, industri kelapa sawit telah berkontribusi pada pencapaian 16 tujuan dari 17 tujuan SDGs.”
Pada aspek ekonomi, industri perkebunan kelapa sawit telah mencapai SDG-1 (menghapus kemiskinan); SDG-2 (menghapus kelaparan, kekurangan gizi dan membangun ketahanan pangan inklusif); SDG-7 (membangun energi yang berkelanjutan); SDG-8 (pertumbuhan ekonomi dan kesempatan kerja yang inklusif); SDG-9 (infrastruktur dan industrialisasi dan inovasi); SDG-10 (pengurangan ketimpangan); dan SDG-12 (konsumsi dan produksi yang berkelanjutan).
Pada aspek sosial yakni: SDG-3 (kesehatan dan kesejahteraan); SDG-4 (pendidikan berkualitas yang inklusif); SDG-5 (kesamaan gender); SDG-6 (ketersediaan air bersih dan sanitasi); SDG-11 (pembangunan kota dan desa (pemukiman) yang inklusif, aman dan berkelanjutan); dan SDG-16 (perdamaian dan keadilan sosial yang inklusif).
Sementara itu, dalam aspek lingkungan, industri ini juga berkontribusi terhadap pencapaian: SDG-13 (mengatasi perubahan iklim global dan dampaknya); SDG-14 (konservasi dan pemanfaaran sumber daya perairan secara berkelanjutan); dan SDG-15 (pengelolaan biodiversitas, ekosistem daratan dan hutan secara berkelanjutan).
“Mengingat pentingnya informasi untuk mengetahui kontribusi industri sawit terhadap SDGs sebagai bahan promosi sawit untuk meningkatkan keberterimaan di pasar global serta menjadi senjata untuk melawan kampanye negatif dan kebijakan yang mendiskriminasi sawit, maka penelitian mengenai topik tersebut dengan menggunakan data komprehensif yang ter-update (dari hulu hingga hilir) dan pendekatan (metode analisis) yang komprehensif sangat dibutuhkan. Oleh karena itu, pemerintah melalui BPDPKS dengan memanfaatkan dana riset sawitnya dapat sesegera mungkin melakukan penelitian dengan topik tersebut,” seperti dilansir dari laporan PASPI Monitor. (Ellisa Agri)
Sumber: wartaekonomi.co.id