Jakarta – Kehadiran minyak kelapa sawit di Indonesia justru turut menjadi berkah untuk masyarakat dunia. Secara karakteristik, minyak sawit merupakan komoditas yang sangat unik karena menjadi satu-satunya pohon yang mampu menghasilkan dua jenis minyak nabati sekaligus, yakni minyak sawit dari daging buah (palmitic) dan minyak dari inti sawit (lauric).
Melansir InfoSawit, minyak sawit juga tercipta sebagai substitusi minyak fosil, dari sisi komposisi secara kimiawi, apabila digunakan untuk Industrial Vegetable Oil (IVO) akan menghasilkan minyak menyerupai Solar C 16-18 dan apabila digunakan untuk Industrial Lauric Oil (ILO) mampu menghasilkan minyak menyerupai Avtur C-12.
Tidak hanya itu, kelapa sawit dengan umur tanaman 22–25 tahun memiliki tingkat produktivitas 8–10 kali lebih tinggi dibandingkan tanaman minyak nabati lain. Dengan produktivitas yang tinggi tersebut, kelapa sawit hadir dengan harga jual yang lebih murah, yakni berkisar antara US$120–US$180 ton per ton (atau sekitar Rp1.680.000–Rp2.538.000 per ton) di bawah harga rapeseed oil.
Melihat pertumbuhan permintaan minyak nabati global yang mencapai 3,4 persen per tahun atau sekitar 7,48 juta ton per tahun, potensi pasar minyak nabati masih terbuka lebar. Apabila kebutuhan pasokan itu dipenuhi oleh minyak sawit, hanya dibutuhkan lahan tambahan sekitar 1,5 juta ha per tahun, atau sekitar 1/3 luasan negara Belanda.
Bayangkan! Apabila pasokan kebutuhan minyak nabati global itu dipenuhi rapeseed yang memiliki produktivitas sebesar 0,72 ton/ha/tahun, akan dibutuhkan lahan baru sekitar 10,4 juta ha per tahun, atau setara 26 kali luasan negara Belanda.
Sementara itu, hasil biomassa sawit juga tidak dapat diabaikan begitu saja. Tidak hanya memiliki produktivitas tinggi, kelapa sawit juga menghasilkan biomassa sekitar 8–10 kali dibandingkan tanaman minyak nabati lain.
Tidak dapat diremehkan tentunya, biomassa sawit berpotensi untuk dijadikan sumber listrik, berbagai produk inovatif dan ekonomis, hingga dapat dijadikan sebagai bahan pembuatan plastik biodegradable untuk mengatasi masalah sampah plastik yang merusak lingkungan. (Ellisa Agri)
Sumber : wartaekonomi.co.id