Untuk meningkatkan produktivitas aktivitas operasional, di tahun ini PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) akan berfokus pada pengembangan digitalisasi proses kerja. Di mana, digitalisasi yang dilakukan terbukti telah membantu kinerja perusahaan tetap efisien dan efektif, meskipun mobilitas sangat terbatas akibat situasi pandemi yang masih terjadi hingga saat ini.
Presiden Direktur Astra Agro Lestari, Santosa mengungkapkan, pengembangan digitalisasi itu telah dilakukan di hampir setiap lini aktivitas operasional perusahaan. Mulai di tingkat mandor, manajemen, hingga operasional pabrik.
“Baik dalam konteks proses kerja sampai di tingkat mandor, kami memiliki aplikasi sehingga mereka bisa menjalankan aktivitasnya sesuai dengan SUP yang baik walaupun kontrol fisik tidak bisa sebagus dalam kondisi normal,” ungkap Santosa dalam paparan publik virtual, kemarin.
Santosa bilang, dampak digitalisasi terhadap pertumbuhan pendapatan perseroan akan sulit untuk diukur secara kuantitatif. Namun, secara kualitatif, pengembangan teknologi tersebut sangat terasa dampaknya bagi perseroan, utamanya karena perseroan dapat memonitor seluruh aktivitas operasional yang berjalan, mulai dari satuan yang terkecil sekali pun. Dengan data analytics yang dimiliki, membuat perseroan dapat memprediksi setiap langkah yang diambil agar dapat tepat sasaran. Seperti misalnya, bagaimana langkah perseroan dalam mengalokasikan tenaga kerja di tempat yang dibutuhkan.
“Di tahun 2019 di kala kenaikan upah minimum provinsi (UMP) sebagian besar masih double digit, kita lihat bahwa cost Astra Agro sebagian besar adalah di tenaga kerja, growt-nya tidak sampai double digit, dengan jumlah tenaga kerja yang terkendali. Ini hanya bisa dilakukan kalau produktivitasnya naik. Itu kira-kira gambarannya, sehingga buat Astra Agro digitalisasi sangat penting mengingat kita sangat man power intensif. Tanpa bisa mengukur produktivitasnya dengan baik maka kita tidak bisa melakukan operasional dengan efisien,” kata Santosa.
Sebagai catatan, kinerja bisnis perseroan sejatinya masih akan tetap bergantung pada harga jual rata-rata crude palm oil (CPO). Meskipun begitu, terang Santosa, digitalisasi hadir sebagai upaya untuk membuat aktivitas operasional menjadi semakin efektif dan efisien. Yang pada akhirnya, hal tersebut dapat membuat kinerja perusahaan bisa semakin produktif sehingga diharapkan dapat memberikan keuntungan yang lebih besar lagi.
“Tapi setidaknya kalau kita melakukan operasional dengan sangat efisien, maka pada saat harga CPO naik, mestinya profit Astra Agro akan lebih tinggi daripada perusahaan sejenis yang tingkat produktivitasnya lebih rendah. Dan pada saat harga turun, tentu kerugian yang dialami tidak akan separah perusahaan-perusahaan yang tidak efisien,” jelas Santosa.
Dia berujar, belanja modal pengembangan digitalisasi yang dilakukan AALI memang tidak murah. Tapi tetap saja, pengembangan teknologi yang dilakukan tidak akan terealisasi dengan baik tanpa adanya SDM yang mumpuni. Atas dasar hal itu, memiliki SDM yang tepat merupakan hal yang cukup penting bagi perseroan dalam melakukan digitalisasi.
“Digitalisasi ini tidak hanya masalah barang dan juga modal tapi juga perlu SDM, kalau kita tidak mendapatkan sumber SDM yang mumpuni dan bisa beradaptasi dengan perkembangan teknologi serta memiliki skill set yang cukup, maka tidak akan bisa berjalan dengan baik,” ujar Santosa.
Dengan adanya digitalisasi ini, diharapkan dapat meningkatkan produktivitas produksi, sehingga pada akhirnya perseroan akan mendapatkan pendapatan yang lebih baik lagi di masa mendatang.
“Strategi untuk mengontrolnya tentu dengan produktivitas yang bisa mengejar kenaikan upah minimum, namun tetap memberikan motivasi kepada para tenaga kerja karena dia mendapatkan atau membawa pulang income yang lebih baik, dan itu hanya bisa dilakukan dengan melakukan proses efisiensi, yaitu prosesnya yang dibuat efisien, karena limit phyisical setiap manusia ada batasannya. Mengubah proses kerja menjadi lebih efisien, hanya bisa dilakukan kalau kita memanfaatkan teknologi,” pungkasnya.
Sedikit informasi, di sepanjang tahun 2020 AALI mencatatkan laba bersih sebesar Rp 833,1 miliar. Perolehan tersebut meningkat 294,6% secara tahunan (yoy) dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 211,1 miliar.
Melejitnya laba bersih perseroan disebabkan oleh meningkatnya pendapatan AALI di sepanjang tahun 2020 lalu. AALI berhasil membukukan pertumbuhan pendapatan sebesar 7,8% (yoy) dari perolehan di periode yang sama tahun 2019. Dari Rp 17,5 triliun menjadi Rp 18,8 triliun. (Vina Elvira)
Sumber: Kontan.co.id