Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Dadan Kusdiana mengatakan capaian program B30 semakin menegaskan keberhasilan Indonesia sebagai pionir B30 dunia.
Menurut dia, implementasi bahan bakar biodiesel biodiesel itu telah berhasil mengurangi emisi karbon dioksida sebesar 11,4 juta ton.
“Penyediaan dan pemanfaatan B30 telah menempatkan Indonesia pada posisi terdepan di dunia dalam implementasi biodiesel,” kata Dadan Kusdiana dalam keterangan yang dikutip di Jakarta, Senin.
Sepanjang semester I 2021, pemerintah telah menyalurkan biodiesel sebanyak 4,3 juta kiloliter dengan nilai ekonomi mencapai Rp29,9 triliun.
Angka tersebut terdiri dari penghematan devisa sebesar Rp24,6 Triliun dan nilai tambah dari minyak sawit mentah atau crude palm oil menjadi biodiesel sebesar Rp5,3 Triliun.
Setiap tahun angka produksi biodiesel terus mengalami pertumbuhan yang positif. Jumlah produksi biodiesel pada 2016 tercatat mencapai 3 juta kiloliter, lalu meningkat 300 persen menjadi 8,5 juta kiloliter pada 2020.
Tahun ini, pemerintah menargetkan angka penyaluran biodiesel sebanyak 9,2 juta kiloliter yang bertujuan menjaga stabilitas harga minyak sawit mentah melalui serapan produksi minyak sawit untuk kebutuhan di dalam negeri.
Implementasi program biodiesel itu didukung oleh 20 badan usaha bahan bakar nabati (BU BBN) yang mengikuti fatty acid methyl ester (FAME) dan 20 BU BBN yang wajib melakukan pencampuran biodiesel dengan bahan bakar jenis solar dengan rata-rata serapan 766 ribu kiloliter per bulan.
Sejak Januari hingga Juni 2021, capaian rata-rata pemenuhan purchase order bulanan mencapai 93.03 persen dengan serapan terendah pada Januari dan tertinggi pada Juni 2021.
“Program B30 telah dinikmati oleh para konsumen yang menggunakan mesin dengan bahan bakar diesel baik di sektor transportasi maupun sektor industri lainnya,” ujar Dadan.
Biodiesel merupakan bahan bakar nabati yang terdiri dari campuran senyawa methyl ester dari rantai panjang asam lemak yang diperuntukkan sebagai bahan bakar alternatif mesin diesel.
Indonesia menggunakan minyak sawit mentah sebagai bahan baku utama biodiesel. Minyak sawit dipilih karena pembudidayaanya karena sudah mapan dan mengingat posisi Indonesia sebagai produsen minyak sawit terbesar nomor dua di dunia.
Implementasi kebijakan mandatori pemanfaatan bahan bakar nabati telah berhasil menciptakan pasar biodiesel di dalam negeri yang tumbuh signifikan terhitung sejak tahun 2008 hingga 2020.
Keberhasilan ini sekaligus menempatkan posisi Indonesia sebagai negara yang diperhitungkan dalam pasar biodisel dunia sebagai negara penghasil biodiesel terbanyak melampaui Amerika Serikat, Brazil, maupun Jerman. (Sugiharto Purnama)
Sumber: AntaraNews.com