Panasnya harga minyak sawit mentah dalam 6 bulan terakhir membawa berkah bagi kinerja keuangan emiten di sektor perkebunan sawit. Kenaikan profit pun berlanjut pada semester I/2021.
Berdasarkan data yang dihimpun Bisnis, delapan emiten di sektor perkebunan sawit sudah menyampaikan laporan keuangan per 30 Juni 2021. Delapan emiten tersebut kompak membukukan kenaikan pendapatan dalam periode Januari – Juni tahun ini.
Lonjakan pendapatan paling tinggi dikantongi oleh PT Mahkota Group Tbk. (MGRO) yang melonjak 106,67% year on year (yoy) dari Rp 1,28 triliun menjadi Rp2,65 triliun per semester I/2021.
Selain MGRO, pendapatan PT Sampoerna Agro Tbk. (SGRO) melompat 66,41% yoy menjadi Rp2,66 triliun dan pendapatan PT Austindo Nusantara Jaya Tbk. (ANJT) meningkat 65,68% yoy menjadi US$120,37 juta.
Dari segi nominal, PT Astra Agro Lestari Tbk. (AALI) mencetak pendapatan paling besar Rp10,83 triliun. Realisasi itu naik 19,28% secara tahunan dari Rp9,08 triliun pada semester I/2020.
Sejalan dengan pendapatan yang meningkat, emiten produsen crude palm oil (CPO) dan produkproduk turunannya itu mengantongi profitabilitas yang lebih baik pada paruh pertama tahun ini.
SGRO membukukan lonjakan laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada entitas induk tertinggi sebesar 39.741,4% secara tahunan dari Rp971 juta pada semester I/2020 menjadi Rp386,86 miliar pada semester I/2021.
Lesatan laba bersih juga dialami oleh PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk. (SMAR) dan PT Palma Serasih Tbk. (PSGO). Per 30 Juni 2021, laba bersih SMAR mencapai Rp1 triliun, naik 9.210,86% dari raihan Rp10,77 miliar pada periode yang sama 2020. Pada saat yang sama, laba PSGO memantul 2.093,92% yoy menjadi Rp17,31 miliar.
Presiden Direktur Astra International Dhony Bunarto Tjondro mengatakan laba bersih dari divisi agribisnis Grup Astra meningkat 66% menjadi Rp517 miliar, terutama disebabkan harga minyak kelapa sawit yang lebih tinggi.
Pada semester I/2021, AALI yang 79,7% sahamnya dimiliki ASII melaporkan peningkatan laba bersih sebesar 65,69% yoy menjadi Rp649 miliar.
Harga minyak kelapa sawit meningkat 27% menjadi Rp10.274/ kg. Kemudian, volume penjualan minyak kelapa sawit dan produk turunannya menurun 9% menjadi 933.000 ton.
LONJAKAN HARGA
CEO Sampoerna Agro Budi Halim mengatakan kinerja yang moncer pada semester I/2021 sejalan dengan harga jual rata-rata CPO yang naik 19% yoy menjadi Rp10.000/ kg. Selain itu, rerata harga jual inti sawit juga melonjak 47% yoy menjadi Rp6.700/kg.
“Volume penjualan CPO dan PK meningkat signifikan, masing-masing 38% dan 31% dalam 6 bulan pertama 2021,” ungkapnya dalam keterangan resmi yang dikutip Minggu (1/8).
Budi menambahkan kedua produk ini memberikan kontribusi sebesar 95% terhadap penjualan konsolidasi di SGRO yang mencapai Rp2,66 triliun. Di sisi hulu, produksi tandan buah segar perseroan naik 36% yoy menjadi 969.131 ton.
“Kami makin optimis bahwa kinerja perseroan hingga semester II/2021 akan tetap baik,” ucapnya.
Optimisme itu didorong oleh pertumbuhan volume produksi dan harga CPO yang diproyeksikan bertahan di level yang lebih tinggi secara tahunan karena persediaan yang belum pulih. Selain itu, produsen sawit Indonesia kini juga lebih kompetitif sejak adanya penurunan tarif pungutan ekspor terhadap produk sawit.
SGRO juga mencatat harga perdagangan minyak sawit di pasar domestik telah menguat lebih dari 30% dalam 6 pekan terakhir.
Senada, kenaikan pendapatan ANJT juga didorong oleh meningkatnya volume penjualan dan rerata harga jual CPO dan inti sawit. Manajemen Austindo Nusantara Jaya menyebut EBIDA perseroan juga naik dari US$8 juta menjadi US$31,5 juta.
“Margin EBITDA naik dari 11,1% pada semester I/2020 menjadi 26,3% pada semester I/2021,” tulisnya. (Ana N & Dwi Nicken)
Sumber: Bisnis.com