Jakarta – Pelaku pasar di lantai bursa mencermati kenaikan harga minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) dalam 2 bulan terakhir sehingga meningkatkan optimisme terhadap kinerja kuartal III. Kenaikan harga ini menjadi katalis positif bagi emiten berbasis CPO.
PT Pilarmas Investindo Sekuritas dalam rilisnya, Selasa (14/9/2021), mengatakan bahwa kenaikan harga jual CPO dampak masih tingginya permintaan di pasar internasional, di tengah kekhawatiran produksi komoditas ini turun. Permintaan diproyeksikan masih akan terus naik, sehingga harga CPO masih akan melanjutkan kenaikannya pada September dan bisa menjadi tertinggi pada tahun 2021.
Berdasarkan data Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki), harga CPO di September yang rata-rata sebesar Rp 12,594 per kg itu, di atas harga rata-rata Agustus sebesar Rp 12,515 per kg. Harga jual tertinggi CPO asal Sumatera Utara (Sumut) pada September terjadi pada tanggal 8 yaitu Rp 12,728 per kg. Berdasarkan data, harga CPO di Sumut semakin bergerak sejak Agustus.
Pada Januari-Juli, harga CPO masih berada di kisaran Rp 9.000 hingga Rp 11.000 per kg, dan pada Agustus sudah bisa rata-rata Rp 12,515. Lalu naik lagi di September menjadi Rp 12,594 per kg. Jika mengacu pada harga acuan global, Harga CPO diperkirakan akan lebih stabil di level 4,000 RM per ton.
Saat ini, ketatnya produksi di tengah naiknya permintaan menjadi trigger dari naiknya harga CPO tersebut. Dampak pandemi yang berkepanjangan memberikan tekanan pada hasil produksi Malaysia.
Krisis pekerja juga ikut memberikan tekanan pada industri sawit Malaysia. Hal ini seiring dengan pekerja asing yang telah kembali ke negara asalnya dan tidak dapat kembali karena perbatasan ditutup.
Industri kelapa sawit Malaysia sangat bergantung pada pekerja asing terutama dari Bangladesh dan Indonesia, atau hampir 80% mendominasi angkatan kerja.
Sumber: Beritasatu.com