Pemerintah berhasil melakukan uji terbang memakai bahan bakar Bioavtur J2.4 atau avtur sawit menggunakan pesawat CN235-200 FTB. Penerbangan dengan campuran bahan bakar bioavtur 2,4 persen atau disebut J2.4 di Hanggar 2 PT Garuda Maintenance Facility Aero Asia Tbk (GMF), Tangerang, Rabu (6/10).
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arifin Tasrif berharap, ke depannya penggunaan bahan bakar bio avtur J2.4 ini bisa diterapkan pada seluruh maskapai penerbangan di Indonesia dan mancanegara.
“Kami sangat mengharapkan dukungan dari semua pihak untuk tahapan-tahapan uji coba selanjutnya yang harus kita lakukan termasuk menyusun roadmaps untuk komersialisasinya,” kata Menteri ESDM dalam sambutannya di Seremoni Keberhasilan Uji Terbang menggunakan bahan bakar J2.4/Bioavtur.
Adapun dalam pengembangan Bio Avtur sendiri sudah tertuang dalam Peraturan Menteri ESDM Nomor 12 tahun 2015, terdapat kewajiban untuk melakukan pencampuran bahan bakar nabati dalam bahan bakar jenis avtur dengan persentase sebesar 3 persen pada 2020, dan pada 2025 akan meningkat menjadi campuran bioavtur 5 persen.
Oleh karena itu, Kementerian ESDM bersama Komisi Teknis 27-04 Bioenergi telah menyusun SNI Bioavtur Murni/Biojet dan telah terbit pada tahun 2018 dengan nomor 8674:2018. Kemudian, PT Pertamina (Persero) dan ITB melakukan uji coba co-processing kerosene dengan minyak nabati untuk menghasilkan prototype produk bioavtur.
Serangkaian uji karakteristik material bahan bakar telah dilakukan meliputi titik nyala densitas, titik beku, kestabilan termal JFTOT, aromatik, titik kabut, LHV, viskositas dan specific gravity.
Pelaksanaan pengembangan bioavtur dilakukan di Unit Treated Distillate Hydro Treating (TDHT) Refinergy Unit (RU) IV Cilacap PT Pertamina (Persero) yang menghasilkan J2.0 pada tahun 2020 dan J2.4 pada awal tahun 2021.
Bahan bakar campuran bioavtur dihasilkan dari bahan baku 2 persen dan 2,4 persen refined bleached degummed palm kernel oil (RBDPKO) dengan menggunakan katalis merah putih.
Adapun pelaksanaan uji terbang dilakukan dalam rangka melihat efek atau dampak penggunaan bioavtur pada mesin turbin gas pesawat pada saat operasional.
Pelaksanaan uji terbang dilakukan melalui serangkaian kegiatan dengan menggunakan pesawat CN235-220 FTB milik PT Dirgantara Indonesia (DI) di mana 2,4 persen Bioavtur diisikan pada tangki bahan bakar di sayap pesawat sebelah kanan, sedangkan tangki bahan bakar di sayap pesawat sebelah kiri diisi dengan avtur Jet A1.
Campuran Sawit 5 Persen di 2025
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arifin Tasrif menargetkan, pada tahun 2025 akan meningkatkan persentase bahan bakar nabati dalam bahan bakar jenis avtur menjadi 5 persen. Di mana, sebelumnya 3 persen pada 2020.
“Peraturan Kementerian ESDM nomor 12 tahun 2015 telah mengatur kewajiban pencampuran bahan bakar nabati dalam bahan bakar jenis avtur dengan persentase sebesar 3 persen pada tahun 2020, dan pada tahun 2025 akan meningkat menjadi 5 persen,” kata Menteri ESDM dalam seremonial keberhasilan uji terbang menggunakan bahan bakar J2.4, Rabu (6/10).
Namun, untuk implementasinya pencampuran bioavtur belum berjalan karena berbagai kendala diantaranya terkait dengan ketersediaan produk bioavtur, proses teknologi dan juga keekonomiannya.
Keberhasilan uji terbang memakai bahan bakar Bioavtur J2.4 atau avtur sawit akan menjadi tahap awal dalam peningkatan kontribusi bioavtur di sektor transportasi udara, dalam rangka meningkatkan ketahanan dan keamanan energi nasional.
“Tentunya kita tidak akan berhenti dan berpuas diri di tahapan ini penelitian dan pengembangan harus dilakukan untuk nantinya dapat dihasilkan produk J100 dan penggunaan bio avtur dapat diterapkan pada seluruh maskapai di Indonesia dan juga penerbangan mancanegara,” pungkasnya. (Tira Santia)
Sumber: Merdeka.com