Berlanjutnya kenaikan harga minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) menjadi berkah bagi PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) di tengah belum pulihnya volume produksi. Tren kenaikan harga komoditas perkebunan tersebut turut mendorong sejumlah analis untuk merevisi naik target kinerja keuangan Astra Agro.
BRI Danareksa Sekuritas merevisi naik target laba bersih Astra Agro tahun ini menjadi Rp 2,1 triliun dari perkiraan semula Rp 1,92 triliun. Begitu juga dengan target pendapatan dinaikkan dari Rp 22,8 triliun menjadi Rp 24,17 triliun. Margin keuntungan bersih perseroan juga dinaikkan dari 8,4% menjadi 8,7%.
Analis BRI Danareksa Sekuritas Andreas Kenny dalam risetnya mengungkapkan, berlanjutnya kenaikan harga CPO global menjadikan peluang pertumbuhan kinerja keuangan Astra Agro bakal melampaui perkiraan semula. Kenaikan harga jual CPO perseroan juga didukung oleh masih rendahnya suplai CPO di pasar global.
Revisi naik target kinerja keuangan tersebut juga ditopang oleh lonjakan kinerja keuangan perseroan hingga September 2021 dengan raihan laba bersih Rp 1,5 triliun. Raihan laba bersih tersebut sudah melampaui estimasi BRI Danareksa Sekuritas dan konsensus analis.
BRI Danareksa Sekuritas merevisi naik proyeksi harga CPO global tahun ini dari 3.800 ringgit Malaysia per ton menjadi 4.400 ringgit Malaysia per ton. Asumsi tersebut berimplikasi pada peningkatan perkiraan rata-rata harga jual CPO Astra Agro dari Rp 9.806 per kilogram (kg) menjadi Rp 11.540 per kg. Hingga September 2021, perseroan mencatatkan rata-rata harga jual CPO sebesar Rp 10.900 per kg.
Sedangkan volume penjualan CPO anak usaha PT Astra International Tbk (ASII) tersebut direvisi naik dari 1,59 juta ton menjadi 1,65 juta ton. Sebaliknya, volume produksi CPO perseroan diperkirakan lebih rendah tahun ini sebanyak 1,55 juta ton dibandingkan perkiraan semula 1,59 juta ton.
Perubahan sejumlah asumsi tersebut mendorong BRI Danareksa Sekuritas untuk menaikkan target harga saham AALI dari Rp 18.000 menjadi Rp 19.000 dengan rekomendasi dipertahankan beli. Target harga tersebut juga menggambarkan besarnya posisi kas internal perseroan.
Revisi naik target kinerja keuangan Astra Agro juga dilakukan oleh analis Samuel Sekuritas Indonesia Yosua Zisokhi. Menurut dia, kenaikan rata-rata harga CPO berimbas terhadap lonjakan laba bersih perseroan hingga September 2021. Raihan laba bersih tersebut sudah merefleksikan 124,2% dari target Samuel Sekuritas dan 86% dari konsensus analis.
“Didorong berlanjutnya kenaikan harga CPO, kami memilih untuk merevisi naik rata-rata harga jual acuan CPO tahun ini sebesar 23,3% dari 3.000 ringgit Malaysia per ton menjadi 3.700 ringgit Malaysia per ton. Peningkatan tersebut tentu berdampak terhadap revisi naik target kinerja keuangan Astra Agro tahun ini,” tulis Yosua dalam risetnya.
Dia menyebutkan bahwa Astra Agro mencatatkan kenaikan harga jual CPO sebesar 39,1% hingga September 2021 dibandingkan periode sama tahun lalu. Kenaikan tersebut menjadikan rata-rata harga jual CPO perseroan selama Januari-September 2021tumbuh 34,8% menjadi Rp 11.900 per kg.
Revisi naik proyeksi harga jual CPO tersebut mendorong Samuel Sekuritas untuk menaikkan target laba bersih Astra Agro tahun ini dari Rp 1,16 triliun menjadi Rp 1,78 triliun. Perkiraan pendapatan juga dinaikkan dari Rp 20,24 triliun menjadi Rp 23,7 triliun. Begitu juga dengan perkiraan laba bersih tahun 2022 direvisi naik dari Rp 1,33 triliun menjadi Rp 1,46 triliun. Perkiraan pendapatan juga dinaikkan dari Rp 21,35 triliun menjadi Rp 22,23 triliun. Sedangkan perkiraan volume penjualan CPO perseroan direvisi turun dari 1,52 juta ton menjadi 1,50 juta ton.
Sebab itu, Samuel Sekuritas merevisi naik target harga saham AALI dari Rp 12.300 menjadi Rp 14.500 dengan rekomendasi dipertahankan beli. Target harga tersebut merefleksikan perkiraan EV/EBITDA tahun 2022 sekitar 7,5 kali. (Parluhutan S)
Sumber: Investor Daily