JAKARTA – Produksi minyak sawit mentah atau (crude palm oil) CPO terus bertambah sejalan dengan peningkatan permintaan pasar global setiap tahunnya. Sumber produksi CPO global sebagian besar dari Indonesia. potensi besar yang dimiliki Indonesia menjadi keunggulan untuk terus mendorong produksi CPO berkelanjutan.
Praktik budidaya terbaik dan berkelanjutan yang dilakukan oleh petani kelapa sawit terus mengalami kemajuan meskipun masih ditemukan berbagai hambatan.
Upaya pemberdayaaan petani kelapa sawit juga membutuhkan dukungan dari pihak lain terutama dari pemerintah dan perusahaan perkebunan kelapa sawit, dengan luasan lahan perkebunan kelapa sawit nasional lebih dari 42% yang dimiliki petani kelapa sawit maka pemberdayaan petani kelapa sawit harus dilakukan.
Asisten Deputi Pengembangan Agribisnis Perkebunan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Edy Yusuf mengatakan untuk meningkatkan nilai tambah sawit dalam negeri maka syarat utama yang harus dilakukan yaitu penguatan industri hulu minyak sawit yaitu perkebunan kelapa sawit.
Kemudian jika dihulu sudah diperkuat maka pembangunan industri hilir minyak sawit akan lebih mudah dilakukan, salah satu inisiasi yang dilakukan pemerintah melalui program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) sebagai program strategis.
PSR bertujuan untuk meningkatkan produktivitas tanaman perkebunan kelapa sawit sekaligus menjaga luasan lahan perkebunan kelapa sawit sehingga berdampak positif pada hasil panen.
Dari program PSR tahun 2020-2020, pemerintah Indonesia menargetkan luasan lahan perkebunan sebesar 540 ribu hektar dapat dilakukan replanting, target ini tersebar di berbagai wilayah seperti Sumatera sebesar 397 ribu hektar, Jawa sebesar 6 ribu hektar, Kalimantan sebesar 86 ribu hektar, Sulawesi sebesar 44 ribu hektar dan Papua sebesar 600 hektar.
“Pada tahun 2021, target PSR ditetapkan seluas 180 ribu hektar dan mendapatkan dana dukungan subsidi sebesar Rp 30 juta/hektar dengan luasan maksimal sebesar 4 hektar/pekebun,” ujar dia dalam acara Forum Group Discussion yang diadakan Infosawit di Jakarta, belum lama ini.
Pentingnya PSR bagi petani kelapa sawit adalah menjadikan perkebunan kelapa sawit miliknya lebih produktif dan berkembang di masa depan oleh karena itu dukungan sangat penting.
Pemerintah telah mendorong dilakukannya pemberdayaan petani dan organisasi petani untuk pengembangan kemampuan petani dan organisasi petani untuk memperoleh akses dalam memenuhi kebutuhan.
Pengembangan kemitraan antara petani dan pengusaha dapat dilakukan dengan melakukan pelatihan dan pendidikan, pendampingan dan pengawalan, penghimpunan dana peremajaan dalam rangka keberlanjutan usahaa, pemantapan kelembagaan dan kemitraan antara perusahaaan besar dengan kelompok tani.
Direktur Penghimpunan Dana BPDPKS, Sunari mengatakan untuk mendukung petani sawit swadaya, solusi Indonesia adalah melalui program penanaman kembali atau PSR.
Penerapan PSR mencakup 4 aspek yaitu Pertama, aspek legalitas yaitu petani swadaya yang berpatisipasi harus mengikuti aspek legalitas tanah, kemudian Kedua, aspek produktivitas yaitu produktivitas TBS sawit masih dibawah 10 ton/hektar/tahun.
Ketiga,Aspek sustainability dimana program PSR harus mengikuti prinsip keberlanjutan yang meliputi tanah,konservasi lingkungan dan lembaga, Keempat, Aspek pemenuhan sertifikat Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO). (Ridho Syukra)
Sumber: investor.id