JAKARTA – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menetapkan alokasi biodiesel di 2022 sebesar 10,1 juta kilo liter, naik dari alokasi 2021 yang hanya 9,4 juta kilo liter. Salah satu petimbangan alokasi itu yakni tren peningkatan permintaan.
Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Dadan Kusdiana mengatakan, aktivitas masyarakat yang terus meningkat menuju kembali pada kondisi normal berdampak pada peningkatan kebutuhan bahan bakar minyak (BBM).
Menurutnya, kondisi itu tak lepas dari keberhasilan program PPKM yang membuat aktivitas masyarakat pun berangsur pulih menuju pada kondisi normal.
Oleh sebab itu, penghitungan alokasi biodiesel di tahun depan telah mempertimbangkan realisasi impor minyak solar, realisasi penyaluran biodiesel di 2021, dan asumsi pertumbuhan permintaan sebesar 5,5 persen.
“Estimasi demand (permintaan) solar sebesar 33,84 juta kilo liter, sehingga kebutuhan alokasi biodiesel di tahun 2022 diestimasikan sebesar 10,1 juta kilo liter,” ujar Dadan dalam keterangan tertulisnya, Rabu (1/12/2021).
Ia menjelaskan, tren peningkatan permintaan sudah terlihat sejak September 2021, sehingga alokasi biodiesel di tahun ini yang sebanyak 9,4 juta kilo liter, pada dasarnya telah bertambah 213.033 kilo liter dari alokasi semula sebesar 9,2 juta kilo liter.
Meningkatnya permintaan tercermin dari data hingga akhir November 2021 sudah terealiasi sebesar 8,08 juta kilo liter biodiesel yang terserap atau sekitar 87,9 persen dari total alokasi.
“Pulihnya aktivitas masyarakat berdampak pada peningkatan kebutuhan atau demand BBM, termasuk solar yang mulai menunjukkan tren meningkat sejak September 2021,” ungkap Dadan.
Adapun ketetapan alokasi biodiesel di 2022 itu tertuang dalam Keputusan Menteri ESDM No.150.K/EK.05/DJE/2021, tanggal 30 November 2021 tentang Penetapan Badan Usaha Bahan Bakar Minyak dan Badan Usaha Bahan Bakar Nabati Jenis Biodiesel serta Alokasi Besaran Volume untuk Pencampuran Bahan Bakar Minyak Jenis Minyak Solar Periode Januari-Desember 2022.
Program biodiesel ini menjadi salah satu program prioritas nasional untuk mengurangi ketergantungan pada energi fosil dan mencapai transisi energi bersih, khususnya di sektor transportasi.
Ia menambahkan, untuk penyaluran program biodiesel pada 2022, akan didukung oleh 22 badan usaha bahan bakar minyak (BU BBM) dengan kapasitas terpasang sekitar 15,49 juta kilo liter dan kemampuan produksi tahunan sekitar 13,52 juta kilo liter.
Dadan mengatakan, pemerintah berharap penyaluran biodiesel di 2022 dapat dilakukan dengan lebih efisien dan meminimalkan terjadinya keterlambatan atau gagal supply (B0), maka telah dilakukan beberapa perbaikan.
Diantaranya melalui pembagian alokasi dengan memperhitungkan kinerja badan usaha bahan bakar nabati (BU BBN) dalam melakukan penyaluran biodiesel periode 1 November 2020 hingga 31 Oktober tahun 2021.
Selain itu ada juga upaya agar setiap titik serah minimal ada 2 BU BBN yang menyuplai, menyiapkan formula penentuan ongkos angkut, serta pemilihan BU BBN dan BU BBM berdasarkan optimalisasi rute sehingga ongkos angkut menjadi efisien.
“Juga membuat aplikasi pengawasan distribusi BBN secara online untuk mempermudah mitigasi jika terjadi potensi B0 di suatu titik serah,” kata Dadan. (Yohana Artha)
Sumber: Kompas.com