Jakarta – Rencana pemerintah dalam mendorong hilirisasi industri sawit atau crude palm oil (CPO) menjadi fokus pelaku pasar hari ini.
Pilarmas Investindo Sekuritas mengatakan, untuk melancarkan niatan itu, pemerintah berupaya untuk menghentikan ekspor minyak sawit mentah, guna mendorong industri sawit dapat mengolah produk sawit dan menaikkan nilai tambah.
“Kami melihat ada peluang tekanan pada industri sawit dalam jangka pendek di mana hilirisasi tentu membutuhkan belanja modal dan juga sumber daya manusia yang sesuai,” jelasnya dalam riset harian, Rabu (15/12/2021).
Mengacu pada data dari GAPKI, saat ini komposisi minyak sawit mentah untuk ekspor CPO sudah minim. Namun sebagian besar dari komposisi ekspor CPO tersebut masih dalam bentuk bahan setengah jadi sebesar 76%.
Gapki mencatat, hingga September 2021, total produksi CPO dan CPKO mencapai 38,14 juta ton tumbuh 1,11% dibandingkan dengan periode yang sama 2020 sebesar 37,72 juta ton. Dalam jumlah tersebut, kontribusi ekspor mencapai 25,67 juta ton, dengan hanya 2,2 juta ton saja yang masih dalam bentuk mentah.
Sementara itu, dari total produksi sepanjang tahun lalu sebesar 51,5 juta ton, 34 juta diantaranya mengalir ke pasar ekspor dan hanya 7 juta ton yang tercatat dalam bentuk mentah. Sehingga jika yang didorong pemerintah adalah ekspor dalam bentuk produk hilir kelapa sawit, maka perlu upaya dan waktu yang tidak sebentar untuk mencapainya.
Terakhir, pemerintah menargetkan produksi CPO pada tahun ini mencapai 53,07 juta ton, atau tumbuh 3,04% dari capaian tahun lalu 51,5 juta ton. Sedangkan untuk tahun 2022 mendatang, Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI) memproyeksi pertumbuhan produksi mencapai 3,07% atau menjadi 54,7 juta ton.
Sumber: investor.id