JAKARTA – PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) menyimpan potensi pertumbuhan kinerja keuangan yang berkelanjutan. Potensi tersebut didukung oleh solidnya harga minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) dunia dan peningkatan kapasitas produksi.
Analis Mirae Asset Sekuritas Juan Harahap mengungkapkan, peningkatan volume produksi tandan buah segar (TBS) dan CPO Astra Agro diperkirakan berlanjut pada 2022.
Peningkatan tersebut didukung oleh penanaman kembali (replanting) kelapa sawit perseroan dalam beberapa tahun terakhir. Total replanting mencapai 5.000 hektare (ha) per tahun.
“Kami memperkirakan luas lahan replanting perkebunan kelapa sawit perseroan akan tetap terjaga pada kisaran 5.000 ha per tahun. Keberlanjutan tersebut didukung oleh 42% dari total areal perkebunan kelapa sawit perseroan sudah memasuki usia tua di atas 21 tahun. Sedangkan berdasarkan data tahun 2020, rata-rata usia kebun sawit perseroan telah mencapai 15,5 tahun,” tulis Juan dalam risetnya.
Peningkatan produksi CPO perseroan juga bakal ditopang oleh kenaikan volume produksi TBS dengan target mencapai 3,9% tahun 2022, sehingga pertumbuhan produksi CPO perseroan tahun depan diharapkan mencapai 2,5%. Begitu juga dengan produksi olein diharapkan meningkat 2,5% pada 2022.
“Kami memperkirakan bahwa perseroan bakal melanjutkan fokus peningkatan kapasitas produksi olahan CPO yang didukung oleh keuntungan ekspor minyak nabati ini dan pajak yang lebih rendah. Peningkatan ekspor juga seiring tingginya harga jual di tengah permintaan yang bertumbuh,” jelasnya.
Terkait realisasi kinerja operasional perseroan hingga Oktober 2021, Juan menyebutkan bahwa hal itu sudah sesuai ekspektasi. Astra Agro berhasil memproduksi sebanyak 3,7 juta ton TBS atau turun 3,2% dari periode sama tahun lalu. Sedangkan TBS yang diproses perseroan meningkat sebesar 9,5%, seiring dengan kenaikan pembelian TBS sawit dari pihak ketiga dengan peningkatan 32,7%.
Peningkatan volume pengolahan TBS tersebut menjadikan pertumbuhan volume produksi CPO Astra Agro mencapai 7,4% menjadi 1,3 juta ton hingga Oktober2021. Kenaikan tersebut juga sejalan dengan pertumbuhan tingkat utilisasi pabrik kelapasawit (PKS) perseroan mencapai 7% hingga Oktober 2021.
Berbagai faktor tersebut mendorong Mirae Asset Sekuritas untuk mempertahankan rekomendasi beli saham AALI dengantarget harga Rp 12.700. Target harga tersebut merefleksikanvaluasi PE perseroan sebesar 14,6 kali dan outlook harga jual CPO yang tetap baik hingga akhir tahun ini.
Target harga tersebut juga merefleksikan perkiraan Mirae Asset Sekuritas terhadap peningkatan laba bersih perseroan menjadi Rp 2,24 triliun pada 2021 dan diperkirakan turun menjadi Rp 1,67 triliun pada 2022, dibandingkan realisasi tahun 2020 sebanyak Rp 833 miliar.
Pendapatan perseroan juga diperkirakan meningkat menjadi Rp 25,55 triliun pada 2021 dan menjadi Rp 24,01 triliun pada 2022, dibandingkanraihan tahun lalu Rp 18,8 triliun.
Sementara itu, analis Sinarmas Sekuritas Axel Leonardo mengungkapkan, Astra Agro masih dilingkupi sentimen positif dari outlook harga CPO yang kemungkinan berada di atas 3.600 ringgit Malaysia per ton tahun 2022. Ekspektasi ini ditopang oleh kenaikan permintaan CPO dari Tiongkok dan India, seiring dengan pemulihan ekonomi global. Nantinya, Astra Agro menjadi satu-satunya emiten CPO yang memiliki eksposur penjualan terbesar di dua Negara tersebut.
Porsi ekspor CPO perseroan ke India mencapai 54%. Sedangkan 75% dari total ekspor minyak olahan CPO ditujukan ke Tiongkok.
“Namun, kenaikan harga tahun depan diprediksi cenderung terbatas, bahkan terbuka peluang penurunan harga jual,” ungkapnya.
Sinarmas Sekuritas memilih untuk merevisi naik rata-rata harga jual CPO tahun 2021 menjadi Rp 10.605 per kilogram (kg) dan menjadi Rp 9.945 per kg pada 2022.
Sebab itu, Sinarmas Sekuritas mempertahankan rekomendasi beli saham AALI dengan target harga Rp 13.200. Target harga tersebut merefleksikan valuasi EV/ha sebesar Rp 4.900 dan harga jual CPO diperkirakan tetap bertahan di level tinggi tahun ini.
Adapun laba bersih Astra Agro tahun ini diproyeksikan meningkat menjadi Rp 1,99 triliun, kemudian berpotensi turun menjadi Rp 1,8 triliun pada 2022, dibandingkan tahun 2020 senilai Rp 833 miliar.
Pendapatan diperkirakan naik menjadi Rp 23,05 triliun pada 2021 dan menjadi Rp 23,25 triliun pada 2022, dibandingkan tahun 2020 sebesar Rp 18,8 triliun. (Gora Kunjana)
Sumber: investor.id