JAKARTA – Merujuk informasi dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), pada tahun 2022 ditargetkan kapasitas produksi biodiesel sawit Indonesia bakal mencapai 18,16 juta kL yang berasal dari FAME dan HVO (Hydrotreated Vegetable Oil). “Pada tahun 2025, kami menargetkan total kapasitas produksi dari FAME dan HVO sebesar 19,11,” tutur Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konversi Energi (EBTKE), Dadan Kusdiana, dalam seminar minyak sawit Internasional akhir tahun 2021 lalu.
Lebih lanju tutur Dadan, dari hasil studi tentang campuran biodiesel sawit 40% (B40) menggunakan spesifikasi B30 dan meningkatkan pencampuran hingga 40%. Karakteristik dari B30 + HVO10 memiliki beberapa perbedaan jika dibandingkan dengan B30, yaitu stabilitas penyimpanan B40 dalam 30 hari akan menghasilkan lebih banyak kandungan air dan nilai asam (FAME>DPME atau Distilled Palm Oil Methyl Ester>HVO). “Pengendapan residu yang dibentuk dalam B40 lebih tinggi daripada B30,” katanya.
Periode penyimpanan yang lebih panjang dengan suhu rendah akan menghasilkan pengendapan residu yang lebih tinggi. Berdasarkan tes performa terbatas pada B40 berdasarkan kombinasi antara B30+DPME10 dibandingkan dengan B30, terdapat pengurangan torsi dan kekuatan, konsumsi yang lebih tinggi, serta pengurangan dalam kapasitas gas buang.
Sementara, untuk B30+HVO10 menunjukkan tambahan nilai yang lebih tinggi pada kekuatan maksimum 0.6% dan torsi maksumum sebesar 2.6%.
Sebeb itu pemerinth bakal merekomendasikan untuk implementasi B40 melalui dua cara campuran, yakni dengan pencampuran 30% FAME dan 10% HVO atau 30% FAME dan 10% DPME. “Pemerintah akan menyiapkan regulasi pencampuran B40,” katanya.
Lantas membuat studi tentang penyimpanan dan penanganan B40, serta membuat studi tentang infrastruktur yang terintegrasi, termasuk fasilitas penyimpanan di area distribusi B40. “Kemudian membuat studi regional penggunaan DPME 10% pada pencampuran biodiesel karena penawaran DPME tidak dapat membendung skala nasional,” tandas Dadan. (T2)
Sumber: Infosawit.com