Jakarta – Harga komoditas minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) kembali naik pada penutupan perdagangan pekan lalu, Jumat (21/1/2022), dan diprediksi akan naik lagi hari ini.
Minyak sawit berjangka Malaysia berakhir pada rekor tertinggi pada Jumat (21/1/2022), tercatat kenaikan mingguan kelima beruntun. Hal tersebut diproyeksi oleh perkiraan produksi yang lebih rendah pada Januari di Malaysia dan rencana Indonesia untuk membatasi ekspor komoditas tersebut.
Menurut Reuters, kontrak minyak sawit acuan untuk periode pengiriman April di Bursa Malaysia Derivatives Exchange ditutup naik 136 ringgit (+2,62%) menjadi MYR 5.323/ton. Jika dihitung secara mingguan, maka naik 3,9% dari pekan sebelumnya.
Sathia Varga, pendiri Palm Oil Analytics Singapura mengatakan bahwa kenaikan harga CPO pada tiga hari terakhir didukung oleh euforia atas kebijakan Indonesia terhadap ekspor. Namun, kontrak CPO menunjukkan tanda-tanda akan turun akibat aksi ambil untuk oleh investor dan penyesuaian harga minyak kedelai sebagai alternatif dari CPO di pasar.
Asosiasi Pabrik Kelapa Sawit Semenanjung Selatan Malaysia (SPPOMA) memperkirakan produksi CPO di Malaysia periode 1-20 Januari turun 16,7% dari bulan sebelumnya menjadi 626.029 ton. Produksi selama pandemi dipengaruhi oleh krisis tenaga kerja karena penutupan perbatasan untuk mengendalikan penyebaran virus corona varian omicron.
Menurut analisis Reuters, harga CPO dapat menembus titik resistance di MYR 5.366/ton dan naik menuju MYR 5.484/ton pada pembukaan perdagangan hari ini, Senin (24/1/2022).
Kontrak telah menembus titik resistance MYR 5.292/ton, dengan level proyeksi akan naik 123,6% dari titik terendah MYR 4.672/ton menuju kisaran harga MYR 5.366-5.484/ton. Harga CPO diperkirakan menunjukkan tren yang sangat bullish dengan target MYR 5.484/ton.
Namun, ketika harga CPO menembus harga di bawah titik support MYR 5.292/ton, kemungkinan akan turun ke kisaran MYR 5.170-5.220/ton. Namun menurut Reuters, koreksi tersebut mungkin tidak terjadi.
Kenaikan harga CPO akan berkontribusi terhadap nilai tukar rupiah. Sebab, CPO adalah salah satu komoditas andalan ekspor Indonesia.
Ketika harga CPO naik, maka devisa yang didapat dari ekspor akan ikut bertambah. Ini menjadi modal bagi keperkasaan mata uang Nusantara. (Annisa Aflaha)
Sumber: CNBC Indonesia