Jakarta – Harga minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) diprediksikan kembali menguat pada pekan ini. Padahal, pekan lalu harga CPO telah menyentuh level tertinggi sejak 1980. Ada apa ya?
Pada pekan lalu, harga CPO ditutup di MYR 5.633/ton naik 3,47% secara harian dan tercatat naik 61,26% secara tahunan (yoy). Menurut Refinitiv, harga CPO pekan ini dapat menguji titik resistance di MYR 5.676/ton dan dapat naik ke target harga di kisaran MYR 5.749-5.794/ton.
Pada Jumat (28/1/2022), harga CPO telah menembus di atas titik resistance yang mengkonfirmasi tren naik. Kenaikan tersebut diprediksi akan terus naik hingga pekan ini. Sementara itu, bursa perdagangan Malaysia untuk komoditas ini sedang libur Tahun Baru Imlek hari ini, sehingga akan dibuka kembali hari Rabu (2/2/2022).
Sementara itu, jika harga CPO menembus harga di bawah titik support di MYR 5.608/ton, maka bisa turun lebih dalam ke rentang MYR 5.484- 5.558/ton. Tetapi, analis Reuters, memprediksikan harga CPO akan terus naik.
Manuver yang dilakukan pemerintah Indonesia mengenai pembatasan ekspor minyak sawit sepertinya masih berimbas kepada harga CPO dunia. Mengacu kepada Reuters, Indonesia menyumbang setidaknya sekitar 59% pasokan minyak sawit dunia. Indonesia juga penyumbang energi lain seperti Nikel, batu bara dan tembaga.
Kepala ekonom Asia Fred Neumann mengatakan kepada Reuters bahwa langkah pemerintah Indonesia untuk membatasi ekspor energi membuat harga masing-masing komoditas tersebut melonjak, menimbulkan kekhawatiran di kalangan importir bahan bakar, makanan, dan bahan manufaktur tentang potensi gangguan pasokan dunia.
Minyak sawit berjangka Malaysia dan Nikel Shanghai berjangka melonjak ke level tertinggi sepanjang masa pada pekan lalu. Hal tersebut, karena potensi pembatasan pasokan dari Indonesia.
Kenaikan harga kemungkinan akan mendorong pembeli utama seperti India, China, Pakistan dan beberapa negara Afrika untuk beralih ke minyak kedelai dan minyak bunga matahari.
Pembeli di negara Asia biasanya mengandalkan minyak sawit karena biaya yang rendah dan waktu pengiriman yang cepat, tetapi jika menggunakan minyak kedelai dan minyak bunga matahari mereka harus membeli dari Amerika Selatan dari wilayah Laut Hitam. Artinya, walaupun harga minyak kedelai dan minyak bunga matahari lebih murah dari harga CPO, tetapi untuk pengiriman akan membutuhkan waktu yang lebih lama. Selain itu, pasokan minyak bunga matahari terancam karena ketegangan yang terjadi diantara Rusia dan Ukraina. (Annisa Aflaha)
Sumber: CNBC Indonesia