Jakarta, CNBC Indonesia – Pemerintah dalam hal ini Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) terus mendorong penggunaan energi ramah lingkungan sebagai transisi energi menuju netral karbon atau net zero emission (NZE). Salah satunya adalah dengan pengembangan biofuel atau advance fuel melalui B40, D100 hingga Bioavtur.
Direktur Bioenergi Kementerian ESDM, Edi Wibowo menyampaikan bahwa tantangan biodisel ke depan salah satunya transisi energi menuju netral karbon dengan advance fuel.
Dia bilang, perkiraan supply demand ke depannya akan mengalami peningkatan untuk memenuhi kebutuhan implementasi B40. Tapi sebelum diimplementasikan B40, perlu adanya kajian yang lebih komprehensif dengan melibatkan stakeholder terkait seperti Pertamina, APROBI dan juga badan-badan litbang yang ada di Kementerian ESDM dan dengan opsi pencampuran FAME 30% dan HVO 10% kemudian solarnya 60%.
Edi bilang, untuk menuju biofuel yang berkelanjutan, ke depannya Pemerintah akan mengembangkan BBN dengan strategi antaralain tidak terbatas untuk biodiesel termasuk pengembangan bioetanol, bioavtur, dan HVO yang tidak terbatas pada pengusahaan skala besar namun juga didorong yang berbasis kerakyatan.
“Spesifikasi menyesuaikan dengan kebutuhan konsumen, pemanfaatan by product biodiesel, pemanfaatan hasil sawit non-CPO dan pengembangan advanced generation biofuels,” ungkap Edi.
Strategi-strategi tersebut dilaksanakan dengan mengikuti prinsip-prinsip berkelanjutan, melibatkan petani, implementasi standar mutu, proses yang efisien, dan upaya harga stabil dan terkendali.
“Kami di Kementerian ESDM sudah mengembangkan biofuel yang berkelanjutan yaitu menerapkan Indonesian Bioenergy Sustainability Indicators (IBSI), dimana ada beberapa indikator yang terkait dengan lingkungan sosial dan juga aspek ekonomi yang harus dipenuhi bagi pelaku usaha supaya nanti biodiesel ini bisa berkelanjutan,” pungkas Edi.
Seperti yang diketahui, realisasi B30 tahun 2021 sebesar 9,3 juta KL, dan penghematannya mencapai Rp 66,54 triliun. Penggunaan minyak sawit tahun 2021 sebesar 65% untuk ekspor, sementara untuk biodiesel hanya sekitar 14%. Populasi kendaraan bermesin diesel berkisar 24% dari total kendaraan bermotor, yang menjadi target program mandatori biodiesel. Pratama Guitarra
Sumber: Cnbcindonesia