JAKARTA. Implementasi Industri 4.0 terus bergulir. Di industri kelapa sawit Asia Tenggara, Nalco Water menyoroti inovasi pengolahan air dengan solusi digital. Ini adalah penggabungkn produksi dan operasi di pabrik melalui digitalisasi.
Lebih dari 36% minyak nabati dunia berasal dari perkebunan kelapa sawit di Indonesia dan Malaysia. Pabrik kelapa sawit Indonesia mengonsumsi 3.500 hingga 7.500 liter air per metrik ton minyak sawit yang diproduksi. Pemrosesan buah, boiler steam dan sistem pendinginan water-intensive membutuhkan air dalam jumlah signifikan.
Survei Nalco Water menunjukkan, hanya 8% perusahaan yang efektif dapat memantau proses pengelolaan air. Dan lebih dari 50%-nya membutuhkan waktu hingga tujuh hari untuk menyelesaikan persoalan kritis dalam pengelolaan air. Di sinilah sistem digital masuk.
Sistem pemantauan digital memungkinkan manajer pabrik melacak penggunaan air secara real-time untuk mendeteksi dini apabila terdapat masalah operasional.
“Visibilitas penggunaan air secara real-time bermanfaat dalam meningkatkan efisiensi dalam pengoperasian boiler dan pengolahan air. Sshingga perusahaan kelapa sawit dapat fokus untuk memaksimalkan efisiensi dan operasional yang berkelanjutan,” ujar Taufiq Sonhajih, praktisi industri dan pemegang sertifikat BNSP untuk perkebunan kelapa sawit, dalam rilis yang dilerim Kontan.co.id, Kamis (17/2).
Teknologi 3D Trasar Nalco Water diklaim membantu perkebunan kelapa sawit Malaysia KKS Sua Betong Sime Darby Palm Oil Mill menghemat biaya operasional tahunan hingga US$ 43.000. Dan mengurangi penggunaan lebih dari 17.000 meter kubik air Serta nmengoptimasi penggunaan biomassa sebesar 900 ton per tahu.
“Kami sekarang telah menyertakan kecerdasan 3D Trasar dan Ecolab 3 di empat pabrik. Kami sepenuhnya mendukung otomatisasi dan teknologi digital di Sime Darby,” kata Jivaratnam Ramasundaram, Regional Chief Engineer Sime Darby.
3D Trasar didukung oleh platform intelijen Ecolab, memberikan kontrol dosing otomatis dan wawasan digital untuk melindungi kondisi boiler. Dan secara bersamaan mencapai penghematan air dan efisiensi operasional.
Teknologi ini mendeteksi anomali dan memprediksi masalah yang akan terjadi, mengurangi total biaya operasional, dan meningkatkan kinerja bisnis. Alat ini dapat berjalan di perangkat seluler. Jadi memungkinkan manajer untuk memantau operasional selama 24/7
“Ini mencakup pengambilan keputusan dalam hal meningkatkan operasional yang berkelanjutan.” kata Evan Jayawiyanto, Wakil Presiden dan Manajer Umum Nalco Water Asia Tenggara. (Ahmad Febrian)
Sumber: KONTAN.CO.ID