Jakarta – Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki 652 bahasa dan 1.340 suku dengan kondisi geografis berada di negara tropis.
“Sebagai negara tropis, kelapa sawit sangat cocok untuk dibudidayakan di Indonesai. Kelapa sawit mampu menyatukan Indonesia,” kata Bidang Internasional dan Pengembangan SDM DPP APKASINDO, Djono Albar Burhan dalam Konferensi Internasional Contribution of Vegetable Oil Towards Sustainable Development Goals, dilansir dari laman Majalah Sawit Indonesia pada Rabu (16/3/2022).
Lebih lanjut Djono menguraikan, luas perkebunan sawit di Indonesia mencapai 16,38 juta hektare yang terdiri dari 6,72 juta hektare perkebunan petani; perkebunan milik swasta 8,68 juta hektare; dan perkebunan milik perusahaan negara 0,98 juta hektare.
Kontribusi kelapa sawit bagi Indonesia diantaranya mampu menyerap tenaga kerja. Tercatat, jumlah petani yang bekerja di perkebunan sawit mencapai 2,6 juta orang. Disusul, pekerja langsung 4,2 juta orang, dan 12 juta pekerja tidak langsung. Tidak hanya itu, kontribusi kelapa sawit terhadap GDP Indonesia yakni sekitar 3,5 persen.
Berkaitan dengan SDGs, dikatakan Djono, kelapa sawit mampu memenuhi capaian kriteria SDGs. Industri kelapa sawit telah berkontribusi pada pencapaian 13 tujuan dari 17 tujuan SDGs.
Industri sawit secara signifikan mampu meningkatkan taraf hidup masyarakat, infrastruktur, dan lapangan pekerjaan bagi pedesaan. Hal ini dapat dilihat dari tren harga Tandan Buah Segar (TBS) petani yang terus meningkat sejak tahun 2020 lalu.
“Tanpa kelapa sawit, maka SDGs tidak akan bisa dijalankan,” tegas Djono.
Di tengah krisis pandemi, kata Djono, program biodiesel yang diimplementasikan di Indonesia terbukti mampu menjaga keberlanjutan sawit dari aspek supply dan demand. Program biodiesel juga mampu menekan volume impor minyak bumi, meningkatkan konsumsi CPO di Indonesia, dan sebagai penyeimbang harga. (Ellisa Agri Elfadina)
Sumber: Wartaekonomi.co.id