Jakarta – Harga minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) naik tipis di sesi pembukaan perdagangan pada hari ini, Kamis (2/6/2022).
Harga CPO diprediksikan akan tetap stabil berada di atas MYR6.000/ton, meski semua harga minyak nabati diprediksikan akan terkoreksi pada kuartal akhir tahun ini. Apa penyebabnya?
Mengacu pada data kepada Refinitiv, pukul 07:50 WIB harga CPO dibanderol di level MYR 6.368/ton atau naik tipis 0,19%.
Kontrak acuan minyak sawit di Bursa Malaysia Derivatives Exchange berakhir naik 0,89% menjadi MYR6.356/ton (US$1.451,72/ton) pada Rabu (1/6), menandai pemulihan pada awal perdagangan bulan Juni dari kerugiannya di beberapa hari sebelumnya.
Hal tersebut dipicu oleh penghentian sejumlah pekerja migran dari Indonesia untuk memasuki perkebunan kelapa sawit Malaysia. Sehingga, prediksi bahwa produksi CPO Malaysia yang akan meningkat menjadi pudar.
Para pedagang khawatir atas pemulihan yang lebih lambat dalam produksi Malaysia setelah Indonesia membatalkan rencana yang telah lama ditunggu-tunggu untuk mengirim warganya bekerja di perkebunan kelapa sawit di produsen terbesar kedua di dunia itu, yang menghadapi kekurangan tenaga kerja.
“Pada Selasa (31/5) malam, 164 pekerja dari pulau Lombok di Indonesia, diperkirakan akan tiba di Kuala Lumpur dengan penerbangan carteran,” kata duta besar Indonesia untuk Malaysia Hermono kepada Reuters.
Tetapi sebuah agen Indonesia yang bertanggung jawab atas perlindungan pekerja migran membatalkan proses perekrutan dan tidak mengizinkan para pekerja untuk terbang.
“Mungkin ada kesalahpahaman tentang peraturan Malaysia dalam proses penerbitan izin kerja. Saya memberikan rekomendasi dan jaminan bahwa semua pekerja akan mendapatkan izin kerja setelah mereka lulus pemeriksaan kesehatan di Malaysia,” katanya.
Sisi lainnya, Musdhalifah Machmud, seorang pejabat senior di Kementerian Koordinator urusan Ekonomi Indonesia telah mengumumkan harga referensi minyak sawit mentah untuk Juni di US$ 1.700,12 per ton yang naik dari US$ 1.657,39 per ton di bulan Mei pada hari Selasa (31/5).
Harga referensi bulan Juni akan menempatkan pungutan ekspor dan pajak ekspor masing-masing maksimum US$ 375 per ton dan US$ 200 per ton.
Sementara itu, Dewan Minyak Sawit Malaysia (MPOC) menurunkan prospek produksi CPO Malaysia menjadi 18,6 juta ton dan mematok harga untuk tetap di atas 6.000 ringgit (US$ 1.367,37) per ton tahun ini.
“Dunia akan melihat permintaan minyak yang lebih tinggi pada tahun 2022, dan ketergantungan minyak sawit global akan terus meningkat. Ekspor minyak pada tahun 2022 kemungkinan akan mendekati 97 juta metrik ton dan pangsa minyak sawit bisa mencapai 60%,” kata Mohd Izham Hassan, wakil direktur MPOC.
Dia menambahkan bahwa pasokan yang lebih rendah dari yang diharapkan, permintaan yang lebih tinggi, volatilitas harga minyak mentah Brent dan ketegangan geopolitik tetap menjadi faktor dalam menentukan arah harga.
MPOC mematok harga CPO untuk tetap antara 6.500-6.800 ringgit hingga akhir Juli, dan turun ke 6.300-6.500 ringgit hingga September karena dimulainya kembali ekspor Indonesia.
“Koreksi harga untuk semua minyak nabati diperkirakan akan terjadi pada akhir kuartal empat tahun 2022 tetapi minyak sawit kemungkinan akan diperdagangkan di atas 6.000 ringgit per metrik ton,” tambahnya.
Sumber: CNBC Indonesia