JAKARTA – Menteri Koperasi dan UKM (Menkop) Teten Masduki memastikan produk minyak makan merah akan diserap oleh pasar. Rencananya, pengembangan minyak makan merah ditargetkan terealisasi pada Januari 2023. Dia pun mengapresiasi komitmen Hippindo yang telah bersedia membuka ruang bagi para petani sawit untuk mendapatkan akses pasar yang lebih luas. Hal itu ditandai dengan komitmen anggota jaringan Hippindo yang melakukan kontrak dengan petani sawit untuk menyuplai minyak makan merah.
“Saya dibisiki Pak Budi (Ketua Umum Hippindo) bahwa jaringan restoran sudah ada permintaan 200 ton, jadi enggak usah ragu setiap 1.000 hektar sawit kita bisa bangun mini pabrik untuk CPO dan minyak makan merah”, ucapnya di Indonesia Ritel Summit, Jakarta, Senin (15/8/2022).
Teten bilang, saat ini, koperasi sudah mampu mengolah kelapa sawitnya yang masih dalam bentuk tandan buah segar (TBS) menjadi produk turunan. Hal ini menjadi solusi bagi para petani sawit agar kesejahteraannya meningkat. Selain itu, pihaknya mencoba mengembangkan minyak makan merah oleh koperasi untuk mendorong kemandirian pangan serta menjadi alternatif produk dari keterbatasan bahan baku dan ketidakstabilan harga minyak goreng selama ini.
Di Indonesia, dari 14,59 juta hektar luas perkebunan sawit, 6,04 juta hektar atau 41 persennya dikelola oleh petani swadaya dan dari total produksi sebanyak 44,8 juta ton, 35 persen diantaranya atau 15,68 juta ton adalah hasil dari sawit rakyat, ini merupakan potensi yang sangat besar.
“Minyak makan merah sudah dipraktikkan oleh negara lain. Minyak makan merah juga terbukti memiliki kandungan gizi lebih tinggi dari minyak goreng komersil bahkan minyak sawit merah Malaysia,” kata Teten. Bahkan sebagai functional food, minyak makan merah ini tidak hanya untuk menggoreng, tapi bisa dikonsumsi sebagai minyak makan, suplemen atau emulsi anti-stunting dan kosmetik alami.
Sumber: Kompas.com