JAKARTA — Council of Palm Oil Producing Countries (CPOPC) mengadakan kampanye digital #elaeiswoman petani perempuan kelapa sawit. Kegiatan tersebut dilakukan dalam rangka memperingati Hari Perempuan Pedesaan Sedunia pada 15 Oktober.
Sekretaris Jenderal CPOPC Dr Rizal Affandi Lukman mengatakan kampanye digital ini bertujuan meningkatkan kesadaran masyarakat akan peran petani perempuan kelapa sawit dalam pembangunan di pedesaan dan mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs). Data dari Badan Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) menyebut sektor pertanian yang dijalankan oleh para petani menopang kehidupan 2,5 miliar orang di seluruh dunia.
Perempuan dalam hal ini menjadi kelompok yang mengisi 40 persen tenaga kerja khusus di sektor pertanian di negara berkembang. Angka tersebut tersebar dengan 20 persen berada di wilayah Amerika Latin dan 60 persen di beberapa bagian di Afrika dan Asia.
Namun, perempuan dengan kepemilikan tanah berjumlah kurang dari 20 persen dengan jam kerja 12-13 jam lebih lama setiap pekan dari laki-laki. “Kegiatan ini juga berupaya menunjukkan bentuk-bentuk praktik pemberdayaan perempuan di sektor pertanian dalam hal ini industri kelapa sawit yang menyediakan banyak ruang dan peluang bagi perempuan berkontribusi dalam pembangunan di wilayah pedesaan,” kata Rizal di Jakarta, Jumat (14/10/2022).
Kampanye digital yang dilakukan berupa produksi video untuk konten media sosial mengenai kiprah sejumlah petani perempuan kelapa sawit dari enam negara. Mereka adalah Nurhayati dari Indonesia, Indai Patrick dari Malaysia, Fanny Germania Ortiz dari Kolombia, Ruth Sackey dari Ghana, Elizabeth Rodriguez Gollardo dari Honduras, dan Mamel Tamia Milang dari Papua New Guinea. Setiap narasumber akan tampil dalam video yang berdurasi sekitar dua dan lima menit. Semua video bisa dilihat dan diunduh di saluran YouTube CPOPC.
Ia menjelaskan, gerakan digital ini merupakan upaya CPOPC dalam menjalankan amanat salah satu tugas CPOPC sesuai piagam pendirian yaitu meningkatkan kesejahteraan petani kelapa sawit. Petani adalah salah satu mata rantai pemasok utama industri kelapa sawit.
“Karena itu, CPOPC menyampaikan pandangan mereka melalui platform media sosial kepada para pengambil kebijakan perdagangan dan kelompok konsumen agar lebih berimbang melihat sawit dari berbagai sisi, seperti sudut pandang petani,” ujarnya.
Selain konten video, produk lain dari gerakan digital adalah infografis yang memuat data-data penting terkait petani perempuan dan industri kelapa sawit di setiap negara angota dan pengamat CPOPC:
•Indonesia: Jumlah petani perempuan diestimasi 50 persen dari 2,6 juta petani kelapa sawit saat ini.
•Malaysia: Di Sarawak, ada aturan hukum yang khusus mengatur kepemilikan atas tanah adat dari kelompok pemukim asli (indigenous people) atau Native Customary Right (NCR). Peraturan ini menempatkan secara setara laki-laki dan perempuan untuk kepemilikan tanah.
•Kolombia: Sekitar enam ribu produsen kelapa sawit terlibat di sektor ini dengan 80 persen diantara masuk kategori dikelola oleh petani
•Ghana: Perempuan banyak terlibat di pengelolaan hasil kelapa sawit dimana 60 persen dihasilkan dari perkebunan petani dan 76 persen kebutuhan CPO dalam negeri dipasok oleh mereka.
•Honduras: Perempuan dinyatakan berhak memiliki kepemilikan atas lahan atau tanah yang diberikan oleh satu badan yang disebut National Agrarian Institute. Sebanyak 79 ribu hak lahan yang diberikan selama sepuluh tahun terakhir, 37 persen penerima adalah perempuan dengan 14 persen diantaranya di wilayah pedesaan.
•Papua New Guinea: Sejak tahun 1997, New Britain Palm Oil Limited (NBPOL), anak perusahaan Sime Darby Plantation Sdn Bhd, menginisiasi program mama Lus Frut. Program tersbeut memberikan kemandirian finansial bagi perempuan di Kokopo.
Sumber: Republika.co.id