Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Eddy Martono mengungkapkan, Indonesia diprediksi akan mengekspor minyak sawit ke China sampai 7 juta ton selama tahun 2023. Setelah China berencana menambah pembelian sekitar 1 juta ton minyak sawit hingga akhir 2023 mendatang.
“China di tahun 2023 akan menambah pembelian sekitar 1 juta ton. Jadi diperkirakan tahun ini total ekspor minyak sawit Indonesia ke China dapat tembus ke angka 7 juta ton,” kata dia saat dihubungi Kontan.co.id, Minggu (27/08).
Eddy menambahkan, selain China ada beberapa negara yang berpotensi menjadi pasar ekspor minyak sawit Indonesia. Diantaranya adalah negara-negara di kawasan Asia Tengah, Afrika dan Rusia.
Meski begitu, ekspor sawit Indonesia ke Rusia terkendala oleh Letter of Credit (L/C). China pun jelas Eddy telah menawarkan Indonesia bantuan dalam mengatasi kendala tersebut.
“Untuk kendala itu, Bank China sudah menawarkan untuk menerbitkan LC,” tambah Eddy.
Terkait upaya yang saat ini dilakukan Gapki guna membuka peluang pasar ekspor sawit baru. Eddy mengatakan kolaborasi antara Gapki dan pemerintah sangat diperlukan. Apalagi untuk pasar China, karena hingga saat ini negara tirai bambu tersebut menjadi negara importir minyak sawit Indonesia yang terbesar.
“Gapki bersama pemerintah terus berupaya membuka pasar baru dan meningkatkan ekspor. Contohnya seperti ke China, sebab saat ini China adalah importir minyak sawit Indonesia yang terbesar,” katanya.
Eddy juga menyinggung mengenai kendala yang masih harus dilalui produsen sawit di Indonesia hingga akhir tahun 2023 mendatang. Yang pertama adalah mengenai penyelesaian sawit di kawasan hutan dan yang kedua adalah fenomena El-Nino atau kemarau panjang.
“Kita berharap penyelesaian sawit di kawasan hutan dapat segera selesai melalui Satgas dan El Nino tidak terjadi,” ungkapnya.
Berdasarkan catatan Kontan pemerintah menargetkan persoalan lahan sawit di kawasan hutan dapat rampung pada 2 November 2023. Hal ini sesuai dengan tenggat waktu yang ada pada UU Cipta Kerja.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut B Pandjaitan juga telah melaporkan saat ini ada 3,3 juta Ha lahan sawit yang berada di kawasan hutan yang tengah diupayakan penyelesaiannya. Luhut mengatakan, melalui UU Cipta Kerja, lahan yang sudah terlanjur masuk dalam kawasan hutan bisa dilegalkan. Asalkan, mereka taat hukum dan membayar pajak sesuai aturan yang ada.
Kemudian terkait kendala keadaan alam, El Nino dinilai turut berdampak secara tidak langsung pada penurunan produktivitas kelapa sawit hingga 50 persen.
Meski harus menghadapi beberapa kendala, Eddy mengungkap bahwa produsen minyak sawit di Indonesia siap memenuhi pertambahan permintaan dari China. Sayangnya Eddy tidak menyebutkan emiten-emiten produsen minyak sawit mana saja yang akan mendapatkan keuntungan dari permintaan China ini.
Ia hanya menjelaskan emiten-emiten yang sebelumnya sudah mengekspor minyak sawit ke China akan menambah pasokan. “Ya, eksportir yang sekarang sudah berjalan,” katanya.
Sumber: Kontan.co.id