Penafian
Artikel ini mungkin berisi materi berhak cipta, yang penggunaannya mungkin tidak diizinkan oleh pemilik hak cipta. Materi ini disediakan dengan tujuan untuk memberikan informasi dan pengetahuan. Materi yang terdapat dalam situs web Astra Agro didistribusikan tanpa mencari keuntungan. Jika Anda tertarik untuk menggunakan materi yang memiliki hak cipta dari materi ini dengan alasan apapun yang melampaui ‘penggunaan wajar’, Anda harus terlebih dahulu mendapatkan izin dari sumber aslinya.
JAKARTA, investor.id – Harga kontrak Crude Palm Oil (CPO) di Bursa Malaysia Derivatives (BMD) menguat pada Senin (18/12/2023). Hal tersebut terjadi berkat melonjaknya impor India.
Berdasarkan data BMD pada penutupan Senin (18/12/2023), kontrak berjangka CPO untuk Januari 2024 naik 33 Ringgit Malaysia menjadi 3.687 Ringgit Malaysia per ton. Untuk kontrak berjangka CPO Februari 2024 meningkat 35 Ringgit Malaysia menjadi 3.727 Ringgit Malaysia per ton.
Sementara itu, kontrak berjangka CPO Maret 2024 terkerek 34 Ringgit Malaysia menjadi 3.745 Ringgit Malaysia per ton. Kontrak berjangka CPO April 2024 bertambah 30 Ringgit Malaysia menjadi 3.742 Ringgit Malaysia per ton.
Sedangkan kontrak berjangka CPO Mei 2024 naik 27 Ringgit Malaysia menjadi 3.726 Ringgit Malaysia per ton. Kontrak berjangka CPO Juni 2024 melemah 23 Ringgit Malaysia menjadi 3.700 Ringgit Malaysia per ton.
Dikutip dari Hellenicshippingnews, impor minyak sawit India pada November melonjak hampir 23% dari bulan sebelumnya dan mencapai angka tertinggi dalam tiga bulan. Hal itu karena para penyuling lebih memilih minyak tropis dibandingkan minyak kedelai dan minyak bunga matahari karena diskon yang besar, kata sebuah badan perdagangan terkemuka.
Sedangkan kontrak berjangka CPO Mei 2024 naik 27 Ringgit Malaysia menjadi 3.726 Ringgit Malaysia per ton. Kontrak berjangka CPO Juni 2024 melemah 23 Ringgit Malaysia menjadi 3.700 Ringgit Malaysia per ton.
Dikutip dari Hellenicshippingnews, impor minyak sawit India pada November melonjak hampir 23% dari bulan sebelumnya dan mencapai angka tertinggi dalam tiga bulan. Hal itu karena para penyuling lebih memilih minyak tropis dibandingkan minyak kedelai dan minyak bunga matahari karena diskon yang besar, kata sebuah badan perdagangan terkemuka.
Sumber: Investor.id