Penafian
Artikel ini mungkin berisi materi berhak cipta, yang penggunaannya mungkin tidak diizinkan oleh pemilik hak cipta. Materi ini disediakan dengan tujuan untuk memberikan informasi dan pengetahuan. Materi yang terdapat dalam situs web Astra Agro didistribusikan tanpa mencari keuntungan. Jika Anda tertarik untuk menggunakan materi yang memiliki hak cipta dari materi ini dengan alasan apapun yang melampaui ‘penggunaan wajar’, Anda harus terlebih dahulu mendapatkan izin dari sumber aslinya.
Jakarta – Pupuk organik jadi salah satu output dari tim riset Astra Agro Lestari. Bahkan, kualitas pupuk Astemic ini tak bisa dipandang sebelah mata.
Menurut Santosa, CEO Astra Agro Lestari, pupuk Astemic ini merupakan temuan tim Research and Development (R&D) Astra Agro yang 100% berasal dari bahan organik yang ketersediaannya melimpah di Indonesia.
Di samping bahan organik, Astemic juga berasal dari konsorsium agen hayati mikroba yang diperoleh dari lahan-lahan perkebunan Astra Agro serta endofit yang berasal dari dalam tanaman kelapa sawit.
“Penggunaan Astemic sekaligus menjadi wujud komitmen Astra Agro terhadap penerapan prinsip-prinsip sustainability,” ujarnya di acara Talk to the CEO 2024 yang diadakan di Bandung (17/2/2024).
Selain menjawab kelangkaan pupuk NPK, Astemic juga diklaim membantu menghambat pertumbuhan penyakit ganoderma yang menjadi momok di perkebunan sawit.
Astemic lahir dari ide bahwa perbaikan hara tanah sangat dipengaruhi aktivitas mikroorganisme di dalam tanah. Dengan peningkatan aktivitas mikroba tanah diyakini akan membantu tanaman optimal dalam menyerap hara tanah.
Pupuk hayati umumnya digunakan pada komoditas hortikultura. Kemudian diadaptasi untuk tanaman tahunan seperti kelapa sawit. Proses diawali dengan eksplorasi mikroba di lahan perkebunan Astra Agro, selanjutnya dilakukan seleksi mikroba untuk mendapatkan mikroba potensial dan mudah dikembangkan.
Formulasi dilakukan hingga terbentuk konsorsium mikroba Astemic. Uji kualitas dan performa pupuk Astemic dilakukan baik pada tahap bibitan, TBM (tanaman belum menghasilkan), TM (tanaman menghasilkan) hingga tanaman tua (>20 thn). Hasilnya diperoleh formula dan prosedur aplikasi Astemic yang mudah dan tepat guna untuk aplikasi di lapangan.
Setelah dilakukan uji produksi, Astemic memperoleh hak atas kekayaan intelektual (HAKI) merek dagang yang kemudian didaftarkan ke Kementerian Pertanian untuk mendapatkan izin edar.
Yang sangat menarik, menurut Santosa, pupuk Astemic dapat mereduksi 25% NPK dengan efisiensi penyerapan pupuk yang ada. Sebanyak 25% dosis pupuk ditetapkan setelah melewati pengujian, analisis data yang kompleks pada tanaman menghasilkan selama lebih dari 7 tahun aplikasi pada tanaman sawit remaja.
“Astemic siap diaplikasikan di 50 ribu hektar lahan mineral Astra Agro di tahun 2024 untuk mereduksi 25% pupuk kimia,” lanjut Santosa. Namun pupuk ini disiapkan hanya untuk memenuhi kebutuhan internal perusahaan dan kebun petani mitra Astra Agro.
Hingga saat ini tim riset mikrobiologi Astra Agro masih melakukan pengembangan untuk pupuk Astemic. Harapannya, pupuk ramah lingkungan ini mampu mengurangi penggunaan pupuk kimia lebih banyak lagi tanpa mengurangi produksi tanaman sawit.
Sumber: Finance.Detik.com