Penafian
Artikel ini mungkin berisi materi berhak cipta, yang penggunaannya mungkin tidak diizinkan oleh pemilik hak cipta. Materi ini disediakan dengan tujuan untuk memberikan informasi dan pengetahuan. Materi yang terdapat dalam situs web Astra Agro didistribusikan tanpa mencari keuntungan. Jika Anda tertarik untuk menggunakan materi yang memiliki hak cipta dari materi ini dengan alasan apapun yang melampaui ‘penggunaan wajar’, Anda harus terlebih dahulu mendapatkan izin dari sumber aslinya.
Pengembangan bahan bakar alternatif yang lebih rendah emisi untuk menggantikan bahan bakar minyak atau BBM yang sudah puluhan tahun mendominasi di sektor transportasi membuka peluang bagi badan usaha untuk memperlebar ceruk bisnis.
Ambil contoh penggunaan Biosolar yang saat ini sudah menggunakan campuran biodiesel sebanyak 35%, mampu meningkatkan geliat industri crude palm oil (CPO) sebagai bahan baku bahan bakar yang berbasis kelapa sawit tersebut.
Agresifnya pemerintah mendorong peningkatan pemanfaatan biodiesel sebagai campuran dalam Biosolar pun menjadi peluang tersendiri bagi pelaku usaha untuk ikut menikmati kue yang tersedia.
Berdasarkan data Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (Aprobi), produksi biodiesel di Tanah Air terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada 2023, biodiesel yang diproduksi di dalam negeri mencapai 11,9 juta kiloliter.
Dari jumlah produksi tersebut, 11,36 juta kiloliternya dimanfaatkan di domestik, sedangkan 166.500,67 kiloliter sisanya diekspor.
Besarnya peluang cuan biodiesel di dalam negeri juga berjalan beriringan dengan biofuel lainnya. Musababnya, sejak tahun lalu Pertamina melalui sub-holding commercial & trading PT Pertamina Patra Niaga menyalurkan Pertamax Green 95 yang merupakan percampuran antara Pertamax dengan RON 92 dengan 5% bioetanol.
Selain itu, ada juga hidrogen yang digadanggadang sebagai bahan bakar baru untuk kendaraan bermotor yang saat ini sudah mulai meninggalkan energi fosil sebagai sumber energinya, seiring dengan peningkatan tren transisi energi.
PT PLN (Persero) melalui sub holding PLN Indonesia Power pun mencoba untuk mengambil ceruk tersebut, dengan mengoperasikan Stasiun Pengisian Hidrogen atau hydrogen refueling station (HRS) pertama di Indonesia, meski ekosistem kendaraan berbasis hidrogen belum berkembang di Tanah Air.
Akan tetapi, PLN Indonesia Power bisa bernapas lega, karena pemerintah memastikan bakal mendorong ekosistem hidrogen nasional dapat terbentuk dengan melibatkan berbagai peran dari semua pemangku kepentingan demi tercapainya keekonomian hidrogen di Indonesia.
Hidrogen dinilai memiliki beberapa kelebihan jika digunakan sebagai bahan bakar kendaraan. Pertama, hidrogen merupakan sumber energi yang bersih dan tidak menghasilkan emisi saat digunakan, yang membuatnya menjadi pilihan yang baik untuk mengurangi polusi udara.
Kedua, hidrogen adalah sumber energi yang berlimpah, karena dapat diproduksi dari berbagai sumber, termasuk air, biomassa, dan gas alam.
Ketiga, hidrogen dapat disimpan dengan mudah, karena dapat disimpan dalam bentuk gas cair atau terkompresi, yang membuatnya mudah diangkut dan digunakan.
Di sisi lain, Pertamina melalui subholding Pertamina New & Renewable Energy (NRE) juga tidak mau kalah dengan menggandeng Toyota dalam pengembangan ekosistem hidrogen sebagai bahan bakar kendaraan.
Dalam kerja sama itu, Pertamina NRE dan Toyota juga memproduksi fuel cell electric vehicle, Toyota Mirai, yang nantinya melakukan pengisian hidrogen di fasilitas yang telah dibangun.
Fasilitas pengisian hidrogen menjadikan SPBU Daan Mogot menjadi integrated energy refueling station pertama di Indonesia, karena bakal menyediakan tiga jenis bahan bakar dalam satu stasiun pengisian, yaitu BBM, gas, serta hidrogen.
Dengan konsep highspeed hydrogen refueling station, fasilitas itu nantinya akan mampu melakukan pengisian hidrogen dengan skala komersial hanya dalam 5 menit.
Sumber: Bisnis Indonesia