Penafian
Artikel ini mungkin berisi materi berhak cipta, yang penggunaannya mungkin tidak diizinkan oleh pemilik hak cipta. Materi ini disediakan dengan tujuan untuk memberikan informasi dan pengetahuan. Materi yang terdapat dalam situs web Astra Agro didistribusikan tanpa mencari keuntungan. Jika Anda tertarik untuk menggunakan materi yang memiliki hak cipta dari materi ini dengan alasan apapun yang melampaui ‘penggunaan wajar’, Anda harus terlebih dahulu mendapatkan izin dari sumber aslinya.
Indeks Harga Pangan Food and Agricultire Organization atau FAO mencapai 118,3 poin pada Maret 2024, naik 1,3 poin (1,1 persen) dari bulan lalu. Kenaikan dipicu oleh indeks harga minyak nabati, produk susu, dan daging.
“Indeks tersebut mencatat kenaikan pertama setelah mengalami tren penurunan selama tujuh bulan, namun turun 9,9 poin (7,7 persen) dari nilainya pada tahun lalu,” tulis laporan FAO, dikutip Senin (15/4).
Indeks Harga Minyak Nabati FAO rata-rata mencapai 130,6 poin pada Maret 2024. Angka tersebut naik 9,7 poin atau 8,0 persen dari Februari dan mencapai angka tertinggi dalam satu tahun.
Rebound yang signifikan ini mencerminkan kenaikan harga minyak sawit, kedelai, bunga matahari, dan minyak lobak. Harga kedelai dunia pulih dari posisi terendah dalam beberapa tahun terakhir. Hal itu sebagian besar didukung oleh tingginya permintaan dari sektor biofuel, khususnya di Amerika Serikat dan Brazil.
Demikian pula, harga minyak bunga matahari dan minyak lobak pulih pada bulan Maret, di tengah meningkatnya permintaan impor global. Selain itu, kenaikan harga minyak mentah juga berkontribusi terhadap peningkatan kuotasi minyak nabati.
Harga minyak sawit internasional terus meningkat didukung oleh penurunan produksi secara musiman di negara-negara produsen utama. Selain itu, tingginya permintaan domestik di Asia Tenggara turut mendongkrak harga minyak sawit.
Sementara itu, harga minyak sawit di pasar bursa berjangka Malaysia turun 1,1% menjadi MYR 4.514 per ton pada perdagangan Senin (8/4) dari penutupan sehari sebelumnya. Harga CPO sempat menyentuh level tertingginya MYR 4.579 per ton yang terjadi pada Rabu (3/4).
Dibandingkan perdagangan awal tahun, harga CPO di Pasar Spot naik 24,25% (year to date/ytd). Demikian pula dibandingkan periode yang sama, secara tahunan harga CPO telah turun 32.44% (year on year/yoy).
Harga Beras dan Jagung Turun
Sementara itu, Indeks Harga Sereal FAO rata-rata mencapai 110,8 poin pada Maret 2024, turun 3,0 poin (2,6 persen) dari Februari. Namun, indeks tersebut masih lebih rendah dan 27,7 poin (20,0 persen) dibandingkan Maret 2023.
Harga ekspor gandum global turun selama tiga bulan berturut-turut pada Maret, sebagian besar disebabkan oleh berlanjutnya persaingan ekspor yang kuat antara Uni Eropa, Federasi Rusia, dan Amerika Serikat.
Di tengah melimpahnya pasokan, pembatalan pembelian gandum oleh Tiongkok dari Australia dan Amerika Serikat, memberikan tekanan pada pasar. Sementara prospek panen yang menguntungkan di Federasi Rusia dan Amerika Serikat juga berkontribusi pada melemahnya harga.
Sebaliknya, harga ekspor jagung sedikit meningkat dari bulan ke bulan. Meningkatnya minat beli, terutama dari Tiongkok, di tengah kesulitan logistik di Ukraina dan negara lain, memberikan dukungan terhadap harga jagung. Namun hal ini tertahan oleh tekanan musiman di Argentina dan Brazil dimana musim panen sedang berlangsung.
Untuk biji-bijian kasar lainnya, harga jelai dunia turun sementara harga sorgum meningkat pada bulan Maret.
“Indeks Harga Beras FAO turun sebesar 1,7 persen pada bulan Maret, sebagian besar mencerminkan lemahnya permintaan impor global,” tulis laporan tersebut.
Sementara itu, Indeks Harga Daging FAO rata-rata mencapai 113,0 poin pada Maret, naik 1,9 poin (1,7 persen) dari Februari, yang merupakan kenaikan bulanan kedua berturut-turut. Harga daging unggas internasional meningkat pada Maret, didukung oleh permintaan impor yang tetap stabil dari negara-negara pengimpor utama.
Indeks Harga Susu FAO rata-rata mencapai 124,2 poin pada Maret, naik 3,5 poin (2,9 persen) dari Februari, menandai kenaikan bulanan keenam berturut-turut. Pada Maret, harga keju dunia mengalami peningkatan terbesar, yang mencerminkan permintaan impor yang stabil dari Asia, peningkatan penjualan dalam negeri di Eropa Barat menjelang libur musim semi, dan penurunan produksi secara musiman di Oseania.
Sumber: Katadata.co.id