Penafian
Artikel ini mungkin berisi materi berhak cipta, yang penggunaannya mungkin tidak diizinkan oleh pemilik hak cipta. Materi ini disediakan dengan tujuan untuk memberikan informasi dan pengetahuan. Materi yang terdapat dalam situs web Astra Agro didistribusikan tanpa mencari keuntungan. Jika Anda tertarik untuk menggunakan materi yang memiliki hak cipta dari materi ini dengan alasan apapun yang melampaui ‘penggunaan wajar’, Anda harus terlebih dahulu mendapatkan izin dari sumber aslinya.
Kotabaru, Kalsel (Antara) – Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) menanam perdana program peremajaan sawit rakyat (PSR) tumpang sari dengan tanaman Padi Gogo jalur kemitraan di Kebun Koperasi Unit Desa (KUD) Gajah Mada binaan PT Tapian Nadenggan di Desa Telagasari, Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan (Kalsel).
“Kegiatan ini sebagai upaya mempercepat dan meningkatkan peremajaan sawit rakyat melalui PSR jalur kemitraan binaan GAPKI,” kata Ketua Umum GAPKI Eddy Martono usai penanaman simbolis PSR dan tumpang sari Padi Gogo di Kotabaru, Kalsel, Rabu.
Ia menyebutkan program PSR jalur kemitraan merupakan salah satu program utama GAPKI karena akan membantu petani untuk meremajakan tanaman sawit yang sudah tua, rusak, dan tidak produktif.
“Sekaligus juga meningkatkan produktivitas dan produksi kelapa sawit baik skala daerah maupun nasional. Dan penanaman tumpang sari Padi Gogo di sela-sela tanaman sawit di Kalsel, pertama kali kami laksanakan di Indonesia,” ujarnya.
Eddy menjelaskan penanaman Padi Gogo dapat dilakukan selama kanopi daun tanaman kelapa sawit belum menutup.
Selain meningkatkan produksi dan pendapatan petani, kata dia, program PSR membantu para petani menyediakan pangan guna mendukung ketahanan pangan nasional.
Dia menilai program PSR sangat penting karena saat ini industri sawit menjadi tumpuan sumber pendapatan bagi 17 juta kepala keluarga yang meliputi petani, karyawan, serta menjadi sumber pendapatan devisa.
Ia mengungkapkan pada 2022, devisa ekspor dari industri kelapa sawit mencapai 39,28 miliar Dolar AS yang memberikan sumbangsih neraca perdagangan di Indonesia surplus senilai 55,77 miliar Dolar AS.
“Namun ada beberapa kendala yang akan mempengaruhi jumlah produksi sawit pada masa yang akan datang. Salah satunya masih ada regulasi yang kurang sinkron, ini yang harus kita selesaikan dengan pemerintah secara bersama,” ujar Eddy.
Pelaksanaan program PSR tumpang sari dengan tanaman Padi Gogo itu dihadiri Direktur Tanaman Kelapa Sawit dan Aneka Palma Direktorat Jenderal Perkebunan (Ditjenbun) Kementerian Pertanian (Kementan) Ardi Praptono, Pengurus GAPKI pusat dan Kalsel, Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS), Pemprov Kalsel, Pemkab Kotabaru, Koperasi Unit Desa (KUD) Gajah Mada, beserta para pihak terkait.
Sumber: Kalsel.antaranews.com