Penafian
Artikel ini mungkin berisi materi berhak cipta, yang penggunaannya mungkin tidak diizinkan oleh pemilik hak cipta. Materi ini disediakan dengan tujuan untuk memberikan informasi dan pengetahuan. Materi yang terdapat dalam situs web Astra Agro didistribusikan tanpa mencari keuntungan. Jika Anda tertarik untuk menggunakan materi yang memiliki hak cipta dari materi ini dengan alasan apapun yang melampaui ‘penggunaan wajar’, Anda harus terlebih dahulu mendapatkan izin dari sumber aslinya
Jambi – Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) bersama Pusat Penelitian Surfaktan dan Bioenergi Institut Pertanian Bogor (IPB) mendukung pengembangan hilirisasi kelapa sawit di Provinsi Jambi guna meningkatkan nilai tambah.
Hal ini ditegaskan saat workshop hilirisasi minyak sawit menjadi produk oleopangan, oleokimia dan biofuel.
“Hilirisasi industri oleopangan, oleokimia dan bioenergi berbasis sawit merupakan upaya strategis untuk meningkatkan nilai tambah komoditas kelapa sawit melalui proses pengolahan agar menjadi produk turunan yang memiliki nilai jual lebih tinggi,” kata Guru Besar IPB Prof Erliza Hambaku di Jambi, Sabtu.
Dalam kesempatan itu, pihaknya mendukung pemerintah daerah setempat untuk membuat kebijakan yang mendorong minat investor untuk berinvestasi pada produksi hilirisasi di daerah.
Ia mengatakan bahwa workshop ini menjadi komitmen BPDPKS dan IPS mendorong hilirisasi minyak sawit menjadi produk turunannya.
Ia menyebutkan komoditas kelapa sawit termasuk dalam 10 kelompok komoditas unggulan Indonesia yang didorong oleh pemerintah untuk digiatkan proses hilirisasi dan peningkatan daya saingnya.
Mengingat hingga saat ini, minyak kelapa sawit masih menjadi salah satu komoditas andalan dalam menambah devisa negara.
Dia mengatakan potensi kelapa sawit di daerah perlu dikelola dengan baik agar memberikan manfaat besar, pengelolaan terbaik yang dapat dilakukan melalui hilirisasi.
Manfaat kebijakan hilirisasi industri selain meningkatkan nilai tambah juga meningkatkan perekonomian, meningkatkan penerimaan negara, mensubstitusi barang impor, menarik investasi, menghasilkan devisa, hingga menyerap banyak tenaga kerja lokal.
Hilirisasi minyak sawit dalam negeri dilakukan dengan mengolah CPO dan PKO. Hilirisasi CPO dan PKO yang dapat dilakukan dikelompokkan dalam tiga kelompok besar, yaitu oleofood, oleochemical dan biofuel.
Hilirisasi oleofood meliputi berbagai macam produk pangan seperti margarin, shortening, non diary creamer, frying fat, cocoa butter substitute, food emulsifier, dan lainnya.
Hilirisasi oleochemical yaitu industri-industri yang mengolah produk industri refinery menjadi produk antara oleokimia/oleokimia dasar hingga produk jadi seperti surfaktan, sabun, deterjen, shampo, biolubricant dan biomaterial dan bioplastik.
Sementara hilirisasi minyak sawit menjadi biofuel diantaranya biodiesel, bioavtur, bensin sawit, green gasoline, green diesel.
Pejabat Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Bonifasius Bramantya Wisnugraha mengatakan dukungan Kementerian untuk pemerintah daerah untuk menjalankan program hilirisasi.
Di Muaro Jambi, kata dia, terdapat salah satu perusahaan yang menjalankan produksi minyak kelapa sawit. Meski begitu, dari sisi produksi masih belum mencukupi kebutuhan di daerah.
“Kita mendorong pabrik di sekitar Jambi meningkatkan produk hilir dengan semakin mendiversifikasi produk,” katanya.
Dia berharap, promosi untuk produk hilirisasi kelapa sawit juga dilakukan agar dapat masuk ke pasaran dan dikonsumsi masyarakat.
Sumber: Antaranews.com