Penafian
Artikel ini mungkin berisi materi berhak cipta, yang penggunaannya mungkin tidak diizinkan oleh pemilik hak cipta. Materi ini disediakan dengan tujuan untuk memberikan informasi dan pengetahuan. Materi yang terdapat dalam situs web Astra Agro didistribusikan tanpa mencari keuntungan. Jika Anda tertarik untuk menggunakan materi yang memiliki hak cipta dari materi ini dengan alasan apapun yang melampaui ‘penggunaan wajar’, Anda harus terlebih dahulu mendapatkan izin dari sumber aslinya
Pangkalan Bun – Penumpukan sampah plastik sekali pakai terus meningkat setiap tahunnya, hal ini mendorong peningkatan polusi juga berdampak pada kesehatan masyarakat. Keprihatinan ini mendorong inisiasi SMP Astra Agro Lestari untuk memberikan edukasi dini tentang pengelolaan sampah.
Data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menunjukkan jumlah polusi sampah mencapai 26 juta ton pada tahun 2023. Diproyeksikan kecendurungan ini akan terus meningkat hingga 37 juta ton pada 2040 jika tidak ada penanganan serius untuk pengelolaan plastik.
Memperingati hari tanpa plastik sedunia pada 3 Juli lalu, SMP Astra Agro Lestari binaan PT Gunung Sejahtera Indah Pesona dan PT Agro Menara Rachmat (GSIP-AMR) menunjukkan komitmennya dalam pengelolaan sampah plastik. Tidak sekadar memilah sampah plastik, murid SMP Astra Agro Lestari mengubah plastik menjadi barang bernilai jual.
Beragam karya dari sampah plastik diciptakan murid SMP Astra Agro, mulai dari pakaian daur ulang, tas belanja, hingga furtinur seperti kursi dan meja. Karya-karya ini dihasilkan dari sampah plastik yang dipilah dari sekolah serta warung-warung yang berada di kantin sekolah.
“Meja dan kursi ini bukan hanya sekadar pajangan, tapi fungsional loh. Dengan metode ecobrick, furnitur ini cukup kuat untuk diduduki orang dewasa bahkan dengan orang berpostur besar,” kata Kepala Sekolah SMP Astra Agro Lestari Ahmad Rofik.
Tidak hanya itu, Ahmad Rofik mengaku mendorong murid-murid dan seluruh warga sekolah untuk mendukung dan menyukseskan budaya “Semangkup” (Semangat kurangi Plastik) dengan cara membawa bekal dan menggunakan tumbler untuk mengurangi pencemaran sampah plastik di sekolah.
“Sudah tidak ada lagi plastik sekali pakai yang digunakan di wilayah sekolah, kami mendorong penggunaan kantong belanja kain juga daur ulang. Bahkan di kantin-kantin kami juga hanya menggunakan piring biasa, jadi tidak bisa take away,” ujarnya sembari tertawa.
Ahmad Rofik melanjutkan langkah ini mungkin masih kecil, tapi pihak sekolah terus membangun kebiasaan positif untuk seluruh murid agar dapat berkontribusi dalam menjaga kelestarian lingkungan dan mengurangi pencemaran sampah plastik. (*)
Sumber: Benang.id