Pria berusia 34 tahun tersebut mengakui, dengan menjadi petani kelapa sawit, kehidupan dirinya dan masyarakat di daerah tersebut juga berubah drastis, dan dapat menambah pendapatan keluarga termasuk memenuhi kebutuhan sehari-hari di rumah tangga.
Tidak hanya itu, menjadi petani kelapa sawit, juga telah memberikan keberkahan bagi dirinya dan anggota kelompok tani di koperasi, karena setiap harinya, mereka dapat menjual hasil kebun kelapa sawit paling sedikit sebanyak 40 ton tandan buah segar, atau maksimal 1.200 ton setiap bulannya.
Hasil panen tersebut mereka jual ke PT Perkebunan Lembah Bhakti (PT PLB), sebuah perusahaan perkebunan yang selama ini menjadi mitra anggota koperasi sejak 10 tahun yang lalu, yang berada di sekitar pemukiman masyarakat setempat.
Sebagai masyarakat yang berada di ring satu perusahaan, telah banyak manfaat yang mereka rasakan menjadi mitra perusahaan perkebunan, karena mereka bisa menjual langsung hasil panen melalui kehadiran koperasi.
Bayu Ferdiansyah mengakui, sebelum bergabung menjadi anggota koperasi, sebagian besar petani kelapa sawit di Kabupaten Aceh Singkil sangat kesulitan memasrkan hasil panen kelapa sawit dari kebun sendiri.
Selain minimnya kualitas buah hasil panen yang dipetik petani, banyak petani di daerah tersebut tidak mengetahui bagaimana tata cara pola penanaman tanaman kelapa sawit yang baik, cara merawat, melakukan pemupukan hingga menghasilkan buah yang berkualitas super dan berkualitas tentunya.
Namun, setelah bergabung menjadi PT PLB, yang merupakan salah satu anak perusahaan PT Astra Agro Lestari Tbk, (Astra Agro) penjualan hasil panen puluhan petani di koperasi tersebut semakin mudah dan memberikan banyak keuntungan bagi masyarakat setempat.
“Dulu sebelum ada koperasi, kami sulit jual hasil panen. Tapi sejak bergabung di koperasi dan menjadi mitra perusahaan, banyak keuntungan dan manfaat yang sudah kami rasakan. Termasuk pribadi saya,” katanya.
Pria lulusan sebuah universitas terkemuka di Sumatera Utara ini mengaku, telah banyak perubahan secara ekonomi sejak menjadi petani kelapa sawit yang bermitra dengan PT Perkebunan Lembah Bhakti Aceh Singkil.
Mulai dari membeli kendaraan roda dua dan roda empat, ia juga telah mampu membeli truk untuk mengangkut hasil panen, hingga membeli rumah bagi keluarganya.
Tidak hanya itu, luas lahan kebun yang ia kelola kini juga sudah bertambah menjadi 80 hektare dari sebelumnya hanya memiliki areal kebun kelapa sawit seluas 30 hektare saja.
Bayu Ferdiansyah mengakui sejak menjadi mitra perusahaan, banyak manfaat yang dirasakan oleh 64 orang kelompok tani yang saat ini tercatat menjadi anggota Koperasi Produksi Sawit Sejahtera blok 30.
Diantaranya seperti mendapatkan bimbingan, pelatihan dan pendampingan dari pihak perusahaan dalam menciptakan hasil panen kelapa sawit yang berkualitas, sesuai dengan standarisasi perusahaan perkebunan yang bekerjasama dengan petani.
Mereka juga kerap mendapatkan pendampingan dari karyawan perusahaan seperti tata cara menjadi petani yang cerdas, sukses dan tidak rugi. Termasuk melatih tata cara program pemupukan, pola panen, termasuk mendapatkan pembinaan secara langsung oleh petugas perusahaan perkebunan yang khusus datang ke kebun petani, dan memberi pelatihan secara daring (online).
Bayu mengatakan, meski tugas koperasi hanya memfasilitasi petani untuk menjual hasil kebun dengan menerbitkan surat pengantar dari koperasi, telah banyak manfaat yang diterima oleh petani di Aceh Singkil khususnya petani yang berada di wilayah ring satu perusahaan.
Sejak bergabung dan bekerjasama dengan PT PLB Astra Agro, para petani di Koperasi Produksi Sawit Sejahtera telah merasakan banyak manfaat lainnya, yaitu mendapatkan bimbingan yang sempurna dalam mengelola tanaman kelapa sawit yang bernilai ekonomis dan menguntungkan.
Dengan adanya bimbingan dari karyawan perusahaan perkebunan, rata-rata petani kelapa sawit di koperasi tersebut telah mampu meraup keuntungan paling sedikit Rp20 juta hingga ratusan juta per bulan, hanya dengan menjual hasil panen ke perusahaan perkebunan PT Perkebunan Lembah Bhakti.
“Kalau menjadi petani kelapa sawit, saya sudah bisa menjadikan profesi petani sawit bisa menjadi masa depan saya dan keluarga. Kalau dulu luas kebun saya itu sekitar 35 hektare, kalau sekarang ini sudah nambah jadi 80 hektare,” kata Bayu dengan raut wajah gembira.
Tentunya, kata dia, petani kelapa sawit dapat tertawa lebat apabila harga jual tandan buah segar (TBS) kelapa sawit stabil dan berada di atas angka Rp2 ribu per kilogram, tentu dapat menguntungkan petani karena bisa menutupi biaya produksi.
Namun jika harga jual kelapa sawit berada di angka Rp1.500 per kilogramnya, kata Bayu, hal ini merugikan petani karena tidak bisa menutupi biaya produksi hingga panen kelapa sawit di kebun.
Menjadi Petani Berpretasi
Selain meraup untung yang besar sebagai petani, Bayu Ferdiansya juga tercatat sebagai salah satu peraih apresiasi mitra terbaik Astra (Amartha) dengan mendapatkan satu unit sepeda motor.
Tahun-tahun sebelumnya, Koperasi Produksi Sawit Sejahtera Aceh Singkil yang ia nahkodai juga telah mendapatkan aneka apresiasi dari Astra Agro, diantaranya seperti hadiah satu ton pupuk, hadiah peralatan angkut kelapa sawit, hingga aneka apresiasi lainnya.
Seperti diketahui, AMARTA merupakan sebuah program yang digagas oleh Astra Agro, bertujuan untuk memberikan penghargaan kepada para mitra yang berhasil mencapai target produksi Tandan Buah Segar (TBS) yang telah ditetapkan.
Apresiasi Mitra Terbaik Astra (AMARTA), Apresiasi dalam rangka mengapresiasi mitra astra sebagai mitra atau partner dalam mengirim Tandan Buah Segar (TBS) ke Pabrik Kelapa Sawit (PKS) grup PT Astra Agro Lestari yang diikuti oleh seluruh mitra se-Indonesia.
Apresiasi AMARTA di PT PLB salah satunya bertujuan untuk menunjukkan kepedulian perusahaan terhadap masyarakat Desa Ring-1, khususnya masyarakat yang menjadi mitra buah luar.
Apresiasi ini juga dimaksudkan untuk mempererat hubungan baik antara perusahaan dan para petani mitra. Penghargaan ini menjadi bukti nyata komitmen PT PLB dalam membangun kemitraan yang berkelanjutan dan memberikan kontribusi positif bagi masyarakat Desa serta mitra petani buah luar.
Kriteria dalam menerima penghargaan tersebut termasuk loyalitas, mencapai target volume, memberikan kualitas TBS terbaik, dan pemenuhan bording atau slot unit TBS yang sudah disepakati.
Bagi Bayu Ferdiansyah, menjadi petani kelapa sawit adalah salah satu tujuan hidup untuk memperoleh penghasilan yang halal untuk keluarganya.
Selama menjadi mitra PT Perkebunan Lembah Bhakti Aceh Singkil, selain telah banyak manfaat yang ia rasakan dalam mendongkrak ekonomi keluarga, dirinya juga telah berhasil membangun usaha lainnya yaitu travel haji dan umrah.
Menurutnya, penambahan usaha travel haji dan umrah tersebut ia peroleh karena berkat menjadi petani kelapa sawit dengan menjadi binaan PT Perkebunan Lembah Bhakti (PTPLB), sehingga ia dapat mengembangkan usaha lain yang dapat menjadi nilai tambah dan pendapatan keluarganya.
Meski tidak memiliki banyak gelar atau menjadi pekerja berseragam apalagi berdasi, Bayu Ferdianyah telah menunjukkan kepada masyarakat lainnya bahwa menjadi petani juga bisa meraih kesuksesan, makmur dan sejahtera.
Tentu, jejak Bayu dan kawan-kawan di Koperasi Produksi Sawit Sejahtera Kabupaten Aceh Singkil, menjadi salah satu contoh kesuksesan yang diraih oleh salah satu masyarakat Aceh, bahwa menjadi petani kelapa sawit bisa menjadi orang kaya.
Selain hasil panen yang menjanjikan, hal ini juga telah membuktikan bahwa usaha tidak pernah mengkhianati hasil. Setiap mau berusaha, kesuksesan pasti akan bisa diraih oleh siapa pun dan dimana pun.
Banyak Program Pembinaan
Sementara itu, Partnership Operation Officer PT Perkebunan Lembah Bhakti, Tofha Lamido S Keloko mengatakan selama ini telah banyak program kemitraan PT Perkebunan Lembah Bhakti yang telah dijalankan, diantaranya seperti program pendampingan dan pembinaan, yaitu Tim PSM (Kemitraan) perusahaan melakukan pendampingan dan pembinaan langsung dan tidak langsung kepada mitra petani seperti pendampingan ketika proses panen, pemupukan, perawatan.
Hal ini bertujuan agar petani khususnya yang berada di wilayah ring satu perusahaan, dapat memahami tata cara berkebun sawit yang benar. Selain itu, pembinaan yang dilakukan juga diharapkan dapat menghindari petani kelapa sawit mengalami kerugian dalam berkebun.
Tim kemiteraan perusahaan juga mengadakan pembinaan secara daring (zoom meeting) selama dua kali dalam sebulan, dengan memberikan teori-teori Agronomi perkebunan kelapa sawit.
Tofha Lamido S Keloko mengatakan, pihaknya juga melakukan program kemiteraan pupuk yaitu tim kemiteraan (PSM perusahaan) melakukan kerjasama kepada mitra dalam pengadaan kebutuhan pupuk yang sesuai, dan tepat yang bertujuan untuk membantu mitra agar proses operasional kebun dapat menghasilkan tandan buah segar (TBS) yang bagus dan sesuai (yield/ton).
Kemudian melalui tim kemiteraan, perusahaan juga melakukan program kemiteraan infrastruktur dan pengadaan unit angkut, untuk membantu dan bekerjasama dengan mitra khususnya di ring satu perusahaan perkebunan dalam perbaikan infrastruktur jalur poros dan pengadaan unit angkut (Dump Truck/Pick Up).
Menurutnya, hal ini bertujuan agar petani dalam melakukan proses evakuasi tandan buah segar (TBS) miliknya dapat terbantu dan tidak ada kendala dalam mengirimkan TBSnya ke pabrik kelapa sawit milik PT Perkebunan Lembah Bhakti.
“Kemitraan antara perusahaan dan petani menjadi sangat penting dalam pengelolaan perkebunan kelapa sawit, selain sebagai pendukung pasokan bahan baku, juga menjadi sarana dalam mendukung peningkatan perekonomian masyarakat,” kata Tofha Lamido S Keloko menambahkan.
Salah Satu Program Keunggulan Perusahaan
Tofha Lamido S Keloko mengatakan salah satu program keunggulan PT Perkebunan Lembah Bhakti ditunjang oleh peningkatan pembelian Tandan Buah Segar (TBS) dari petani kelapa sawit.
Perusahaan yang melantai di Bursa Efek Indonesia dengan kode emiten AALI ini ditunjang oleh program-program kemitraan yang mendorong tercapainya peningkatan kinerja tersebut.
Keberhasilan program kemitraan Astra Agro lantaran fokus pada pemenuhan kebutuhan petani dan supplier TBS.
“Kami ingin mengubah persaingan untuk mendapatkan TBS dari transaksional menjadi berbasis kemitraan,” ungkapnya.
Kemitraan lebih menjamin aspek sustainability pasokan TBS sawit dibandingkan sekadar transaksi jual beli. Dari sisi PKS bisa mendapatkan kepastian supply TBS sedangkan petani mitra mendapatkan benefit dari program kemitraan yang sesuai dengan kebutuhannya.
Astra Agro menganggap para petani tidak hanya sekadar mitra dalam jual beli TBS saja, melainkan menjadikan petani dalam artian mitra yang saling melengkapi.
Oleh karena itu perusahaan memiliki semangat bahwa para mitra ini merupakan kunci keberlanjutan dalam industri kelapa sawit. Atas dasar itu, Astra Agro mengembangkan berbagai macam program kemitraan yang bersumber dari kebutuhan para mitra.
Melalui konsep Supplier Journey, perusahaan mencoba menggali lebih dalam segala aspek yang dilalui para mitra baik dari proses operasional kebun hingga kebutuhan personal yang memungkinkan timbulnya kebutuhan (needs).
Untuk memahami lebih dalam kebutuhan tersebut, kata Tofha Lamido S Keloko, konsep Supplier Journey dibagi menjadi lima cluster, yaitu personal life, kebun, evakuasi, angkut, dan penerimaan TBS di pabrik.
Ia menyebutkan, masalah yang dihadapi petani dalam agrisbisnis kelapa sawit berbeda-beda. Dengan adanya program kemiteraan yang dikembangkan lebih detail oleh perusahaan perkebunan, para petani kelapa sawit dapat memilih program kemitraan sesuai dengan situasi dan kondisinya masing-masing.
Astra Agro berkomitmen untuk menjalin kemitraan yang berkelanjutan kepada petani. Hal ini merupakan realisasi dari moto Astra Agro “Prosper with the Nation” atau “Sejahtera bersama Bangsa”, demikian Tofha Lamido S Keloko.