Penafian
Artikel ini mungkin berisi materi berhak cipta, yang penggunaannya mungkin tidak diizinkan oleh pemilik hak cipta. Materi ini disediakan dengan tujuan untuk memberikan informasi dan pengetahuan. Materi yang terdapat dalam situs web Astra Agro didistribusikan tanpa mencari keuntungan. Jika Anda tertarik untuk menggunakan materi yang memiliki hak cipta dari materi ini dengan alasan apapun yang melampaui ‘penggunaan wajar’, Anda harus terlebih dahulu mendapatkan izin dari sumber aslinya
Jambi – Puncak musim kemarau 2024 yang jatuh pada Juli dan Agustus membawa sejumlah tantangan bagi sebagian besar masyarakat Suku Anak Dalam (SAD). Misalnya, sumber air banyak mengering dan munculnya sejumlah penyakit.
Depati SAD yang bernama Saidun menyatakan bahwa selama musim kemarau beberapa penyakit menyebar di antara kelompoknya. Misalnya penyakit kulit, diare, demam yang disertai dengan batuk pilek.
Ia menilai penyebab utama penyakit-penyakit tersebut adalah musim kemarau yang lumayan panas sehingga mengeringkan sumber-sumber air. “Ada embung air dekat sini, tapi jadi kotor karena kering. Beberapa waktu belakangan anak-anak kami jadi mudah sakit,” jelasnya.
Saat ditemui di Desa Punti Kayu II, Kecamatan Air Hitam, ada 6 anak balita yang sedang menderita penyakit kulit serta demam. Pun ada lansia dan beberapa orang dewasa yang mengidap diare serta batuk pilek.
Saidun mengungkapkan cukup berat baginya untuk kembali masuk ke dalam hutan demi mencari ramuan obat seperti para leluhur. Sebab, di saat yang sama dia memiliki riwayat asam urat sehingga sulit baginya melakukan perjalanan.
“Untuk berjalan lebih dari 30 meter saja, bagi saya sudah cukup sulit karena kaki ini sudah lemas,” ungkapnya.
Oleh sebab itu, satu-satunya pilihan bagi Saidun dan kelompoknya adalah menunggu bantuan dari PT Sari Aditya Loka (PT SAL), perusahaan perkebunan kelapa sawit Grup Astra Agro, dan juga pemerintah untuk melakukan kunjungan secara berkala. Ia pun mengakui sudah nyaman dengan mengonsumsi obat-obat yang diberikan oleh tim medis.
“PT SAL dalam sebulan bisa dua sampai tiga kali melakukan pengecekan dan layanan kesehatan kepada kami. Mereka secara rutin membantu kami dalam hal pengobatan bila penyakitnya semakin parah,” katanya.
Tidak hanya itu, PT SAL juga menyiapkan sebuah mobil layanan kesehatan yang siaga selama 24 jam untuk melakukan pengobatan atau mengantar pasien ke puskesmas atau rumah sakit. Saidun menceritakan ada kalanya persalinan atau penyakit keras harus diobati di rumah sakit, jika kondisi tersebut terjadi maka ia dan kelompoknya akan menghubungi PT SAL untuk meminta bantuan.
Saat ini, lanjutnya, ada 14 Kepala Keluarga Suku Anak Dalam (SAD) yang tinggal di Desa Punti Kayu. Selain layanan kesehatan, lanjutnya, PT SAL juga memberikan bantuan seperti panganan sehat dan vitamin untuk mencegah stunting pada balita SAD.
“Kami berterimakasih pada PT SAL yang sering membantu kami, baik itu pengobatan atau panganan. Kalau tidak dibantu, bagaimana kami mencari ramuan lagi karena tubuh saya juga sudah tua. Di sini mayoritas wanita, balita, dan lansia kalau sakit susah,” pungkasnya.
Menurut asisten CSR PT SAL Slamet Riyadi, sejauh ini perusahaan sudah menyerahkan bantuan untuk mencegah stunting maupun meningkatkan angka kelahiran.
“Kesehatan adalah faktor utama bagi setiap manusia, begitu juga untuk Suku Anak Dalam. Maka itu, kami dan pemerintah menitik beratkan kesehatan sebagai prioritas utama,” ungkapnya.
PT SAL berupaya memberikan layanan Kesehatan kepada 14 kelompok SAD dengan 331 kepala keluarga dan dikepalai oleh 7 Tumenggung. (adv)
Sumber: Jambi.tribunnews.com