Limbah plastik telah menjadi salah satu isu lingkungan global terbesar saat ini. Selain banyaknya jumlah plastik sekali pakai yang dibuang dan memenuhi tempat, limbah plastik membutuhkan waktu 1.000 tahun untuk terurai, sehingga dapat menyebabkan kerusakan pada lingkungan, mulai dari mencemari kandungan tanah hingga mengancam kehidupan biota laut. Masalah ini menuntut perhatian serius dan aksi global untuk mengurangi ketergantungan terhadap plastik sekali pakai dan memperkuat upaya daur ulang.

Bank Sampah Paguyuban Karya Lestari yang beroperasi di Afdeling Alfa PT Agro Nusa Abadi (PT ANA) melihat permasalahan tersebut sebagai peluang. Mereka mengubah limbah plastik domestik menjadi Bahan Bakar Minyak (BBM). Egi Erlangga, karyawan PT ANA yang bertugas sebagai operator penyulingan limbah plastik menjelaskan mengenai proses konversi sampah plastik menjadi bahan bakar minyak. 

Ia mengatakan semua jenis plastik yang telah terkumpul di bank sampah dimasukkan ke dalam alat penyulingan yang melalui dua tahap penampungan uap panas. “Dari situ, uap panas dialirkan melalui pipa menuju alat pendingin, hingga akhirnya menghasilkan dua jenis bahan bakar, yaitu minyak tanah dan bensin sekelas premium,” terang Egi.

BBM hasil penyulingan limbah botol plastik oleh Paguyuban Karya Lestari

Melalui proses penyulingan yang sederhana, satu kilogram limbah botol plastik dapat menghasilkan hingga setengah liter minyak yang menyerupai minyak tanah. Sementara itu, limbah plastik lain seperti shampo sachet dan produk serupa, dapat diolah menjadi sekitar 300 mililiter minyak.

Tidak hanya mengolah limbah plastik, Paguyuban Karya Lestari juga melakukan daur ulang limbah organik menjadi briket, yakni bahan bakar padat yang terbuat dari bahan organik. Briket-briket hasil olahan limbah organik domestik yang dikumpulkan di bank sampah dapat digunakan warga sebagai pengganti gas elpiji untuk kebutuhan memasak. Selain itu, briket ini juga telah dijual ke rumah makan terdekat untuk bahan bakar dapur, sehingga dapat menjadi penghasilan untuk warga paguyuban. 

Kumpulan briket hasil dari pengolahan sampah organik
Seorang wanita anggota paguyuban sedang menyalakan kompor dengan bahan bakar briket olahan sampah organik
Bahan baku sampah organik untuk pembuatan briket berasal dari bank sampah paguyuban

“Beberapa instansi pemerintahan telah mengunjungi Paguyuban Karya Lestari untuk melihat aplikasi pengolahan limbah plastik dan organik menjadi energi terbarukan. Sistem pengolahan sampah organik menjadi briket ini rencananya akan direplikasi dan diterapkan untuk beberapa di Morowali Utara,” ujar Gunawan selaku Asisten Afdeling Alfa PT ANA. Gunawan menjelaskan bahwa selain melestarikan lingkungan, proyek daur ulang limbah dari PT ANA dapat menjadi inspirasi untuk sumber pendapatan masyarakat sekitar.  

Upaya pengolahan limbah plastik dari sampah domestik tidak hanya dilakukan oleh PT ANA, namun juga oleh berbagai paguyuban Astra Agro dapat ditemukan fasilitas bank sampah dimana limbah diolah menjadi benda yang lebih bermanfaat. Salah satu contohnya adalah PT GSIP (Gunung Sejahtera Ibu Pertiwi) dengan inovasi pembuatan Ecobrick, sebagai fondasi untuk pembuatan gapura paguyuban dan kerajinan tangan. 

Sebagai perusahaan yang menjunjung tinggi keberlanjutan, Astra Agro selalu berupaya untuk menerapkan pengelolaan limbah baik dari proses bisnis (waste management) hingga level paguyuban. Dalam proses bisnis, perusahaan secara bertahap mengurangi penggunaan energi tak terbarukan dengan cara melakukan substitusi dengan sumber energi baru terbarukan (EBT). Pengolahan limbah yang dilakukan oleh paguyuban Astra Agro sejalan dengan Sustainability Aspiration Value “Public Contribution” dalam pelestarian lingkungan dan “People” untuk pemberdayaan ekonomi masyarakat. Upaya pengolahan limbah oleh paguyuban dari anak-anak perusahan Astra Agro menunjukkan bahwa upaya melestarikan lingkungan tidak harus dimulai dari hal besar, namun justru dapat dimulai dari lingkup yang kecil seperti paguyuban. 

Tinggalkan Balasan