Penafian
Artikel ini mungkin berisi materi berhak cipta, yang penggunaannya mungkin tidak diizinkan oleh pemilik hak cipta. Materi ini disediakan dengan tujuan untuk memberikan informasi dan pengetahuan. Materi yang terdapat dalam situs web Astra Agro didistribusikan tanpa mencari keuntungan. Jika Anda tertarik untuk menggunakan materi yang memiliki hak cipta dari materi ini dengan alasan apapun yang melampaui ‘penggunaan wajar’, Anda harus terlebih dahulu mendapatkan izin dari sumber aslinya
Trickle down effect atau dampak positif dari kehadiran investor, itulah yang diharapkan pemerintah ketika mengundang pelaku usaha menanamkan modalnya. Setelah perusahaan hadir, diharapkan lapangan kerja terbuka, masyarakat mendapatkan penghasilan dan perekonomian pun tumbuh.
Seperti yang terjadi di Desa Era, Kecamatan Mori Utara, Kabupaten Morowali Utara, Sulawesi Tengah. Desa ini berdekatan dengan perusahaan perkebunan kelapa sawit Grup Astra Agro, PT Rimbunan Alam Sentosa (RAS).
“Memang betul dampaknya terasa di sini, kontribusi perusahaan sawit PT RAS ini bagi desa sangat nyata,” kata Kepala Desa Era, Ferdinan Moenggo, baru-baru ini.
Ferdinan Moenggo juga merasa sangat bersyukur atas kehadiran PT RAS yang telah banyak berkontribusi untuk kemajuan desa. Mulai dari pembukaan dan perbaikan infrastruktur jalan, hingga ke fasilitas umum yang ada di desa, hampir semuanya dibantu oleh PT RAS.
Sekretaris Desa (Sekdes) Era, Patris Bintalemba, ikut menambahkan. Menurutnya, perbandingan desa tempat tinggalnya antara dulu dan sekarang sangat jauh berbeda.
Patris bercerita bagaimana dahulu, sekitar awal tahun 2000-an, Desa Era masih sulit tersentuh dari luar karena terisolasi. Kalau mau keluar dari desa, warga harus berjalan kaki karena kendaraan belum bisa melintas. Butuh waktu seharian penuh. Alat mobilitas masih berupa gerobak sapi.
Ia mengaku sangat bersyukur, kehadiran PT RAS, perusahaan perkebunan kelapa sawit group Astra Agro Lestari (AALI), datang dan beroperasia di desanya setelah mendapat undangan dari pemerintah daerah Morowali pada waktu itu.
“Tahun 2009 baru dimulai, akses jalan sudah terbuka dan lowongan pekerjaan di PT RAS juga mengutamakan warga sekitar,” terang ayah dua anak itu.
Ia tak menampik jika pada awalnya, ada warga masyarakat yang curiga dan khawatir dengan kehadiran perusahaan. Penolakan-penolakan kecil dari sebagian warga, menurutnya, terjadi karena mereka masih belum memiliki pandangan yang jauh.
Tetapi keraguan warga perlahan-lahan sirna. Setelah PT RAS mulai berjalan, akhirnya mereka memahami kehadiran dan dampak positif perusahaan.
“Jadi, karena awal-awal belum terlihat kontribusinya. Sekarang baru bisa kita lihat dan rasakan kehadiran perusahaan PT RAS ini membawa kemajuan untuk desa,” ujar Patris.
Tidak berlebihan jika ia memuji kontribusi perusahaan. “Indonesia memang merdeka tahun 1945, tapi kami baru menikmatinya tahun 2008-2009 saat PT RAS masuk,” ungkap Patris penuh semangat.