Penafian
Artikel ini mungkin berisi materi berhak cipta, yang penggunaannya mungkin tidak diizinkan oleh pemilik hak cipta. Materi ini disediakan dengan tujuan untuk memberikan informasi dan pengetahuan. Materi yang terdapat dalam situs web Astra Agro didistribusikan tanpa mencari keuntungan. Jika Anda tertarik untuk menggunakan materi yang memiliki hak cipta dari materi ini dengan alasan apapun yang melampaui ‘penggunaan wajar’, Anda harus terlebih dahulu mendapatkan izin dari sumber aslinya.
Karachi, SAWIT INDONESIA – Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) melakukan kampanye positif dan memperkuat kerjasama perdagangan sawit melalui kegiatan Pakistan Edible Oil Conference di Karachi, Pakistan, Minggu (14 Januari 2024). Setiap tahunnya, konferensi ini menjadi forum penting serta wajib dihadiri karena negara beribukota Karachi termasuk lima pembeli utama minyak sawit.
Dalam konferensi ini, Ketua Umum GAPKI Eddy Martono menyampaikan update perkembangan industri sawit di Indonesia dari aspek produksi, konsumsi, dan ekspor. Dari segi produksi, rendahnya pertumbuhan produksi sawit di tahun ini akan mempengaruhi pasokan di pasar global.
Menurut Eddy, peningkatan produksi paling tinggi hanya akan mencapai tidak lebih dari 5%. “Jika mandatori B35 diperpanjang maka kebutuhan domestik Indonesia bisa mencapai 25 juta ton. Dengan demikian, Maka ekspor kelapa sawit di tahun 2024 akan berkurang 4.13% atau hanya sekitar 29 juta ton”, jelas Eddy.
Eddy mengatakan konsumsi dalam negeri terus meningkat peningkatan dalam lima tahun terakhir program mandatori biofuel 35%. Sementara itu, konsumsi oleokimia produk tumbuh sebagai dampak pandemic Covid-19 kemarin.
Selanjutnya, konsumsi makanan/minyak goreng juga relatif stabil dalam tiga tahun terakhir kecuali pada tahun 2022 dimana konsumsi minyak goreng meningkat karena kelangkaan di pasaran awal tahun.
Merujuk data GAPKI, penggunaan minyak sawit Indonesia sebanyak 19,03 juta ton sepanjang Januari sampai Oktober 2023. Dari jumlah tersebut, pemakaian minyak sawit untuk biodiesel sebesar 8,46 juta ton di mana selisihnya sedikit sekali dibandingkan pemakaian untuk makanan berjumlah 8,6 juta ton.
Dari catata redaksi, setiap bulan rerata konsumsi CPO Indonesia berjumlah 2 juta ton. Maka hingga akhir tahun 2023, total konsumsi lebih dari 23 juta ton.
Lebih lanjut, ketua bidang luar negeri GAPKI, Fadhil Hasan, dalam paparannya mengenai industri kelapa sawit Indonesia menyatakan, selain program mandatori biodiesel, peningkatan konsumsi juga terjadi pada produk oleochemichal. Sehingga trent penurunan ekspor sebetulnya sudah terjadi sejak 2020 dengan tujuan ekspor utama yakni China, India, Uni Eropa, Pakistan dan Amerika Serikat.
Penyebab lainnya adalah produksi,Fadhil memaparkan produksi kelapa sawit Indonesia terus mengalami penurunan sejak tahun 2005. “Periode 2005-2010 terjadi penurunan produksi sebesar 10% , lalu 2010-2015 turun 7,4%, kemudian periode 2015-2020 turun 3,2% dan seterusnya stagnan.” ungkap Fadhil.
Sumber: Sawitiindonesia.com