Penafian
Artikel ini mungkin berisi materi berhak cipta, yang penggunaannya mungkin tidak diizinkan oleh pemilik hak cipta. Materi ini disediakan dengan tujuan untuk memberikan informasi dan pengetahuan. Materi yang terdapat dalam situs web Astra Agro didistribusikan tanpa mencari keuntungan. Jika Anda tertarik untuk menggunakan materi yang memiliki hak cipta dari materi ini dengan alasan apapun yang melampaui ‘penggunaan wajar’, Anda harus terlebih dahulu mendapatkan izin dari sumber aslinya.
Bandung, SAWIT INDONESIA – Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) memproyeksikan volume ekspor sawit akan berkurang seiring perluasan program mandatori biodiesel. Di sisi lain, pertumbuhan permintaan dalam negeri dan ekspor tidak mampu diimbangi peningkatan produktivitas sawit dalam lima tahun terakhir.
Hal ini diungkapkan Ketua Kompartemen Media Relation Gapki Fenny Sofyan saat menjadi pembicara Workshop Jurnalis Industri Hilir Sawit di Bandung, Kamis (1/2/2024). Kegiatan ini diselenggarakan Majalah Sawit Indonesia dengan dukungan Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS).
Fenny menjelaskan bahwa performa ekspor sawit diperkirakan lesu pada tahun ini. Hal ini didorong potensi peningkatan konsumsi apabila biodiesel B40 diterapkan. Data Gapki menunjukkan peningkatan konsumsi minyak sawit domestik menjadi 25,4 juta ton pada 2023 atau naik 9,08% dari 23,28 juta ton pada 2023. Konsumsi biodiesel mendominasi dengan penyerapan 11,6 juta ton.
“Pada 2024, konsumsi minyak sawit domestik akan meningkat 9,08% artinya ada penambahan 2 juta ton untuk biodiesel [proyeksi konsumsi B40] berarti meningkat ya menjadi 27,4 juta ton konsumsi dalam negeri,” kata Fenny yang juga menjabat Vice President Communication PT Astra Agro Lestari Tbk.
Fenny menambahkan penggunaan terbesar untuk makanan dan biodiesel, sedangkan sisanya untuk industri oleokimia. Penggunaan dalam negeri dibandingkan produksi meningkat dari 28% pada 2018 menjadi 41% pada 2022.
Di sisi lain, Fenny menuturkan, produksi CPO/CPKO Indonesia stagnan selama 4 tahun, sementara penerapan biodiesel terus memicu peningkatan konsumsi domestik untuk pangan, biodiesel, oleochemical.
“Dampak El Nino di tahun 2023, sedikit banyak akan mempengaruhi penurunan produksi hingga 2024 meskipun tidak terlalu signifikan. Realisasi Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) sangat rendah,” pungkas Fenny.
Sumber: Sawitindonesia.com