Kala kemarau, air mengering diserap pasir, namun saat hujan ombak kian berdesir, ketidakpastian iklim cuasa wilayah pesisir pantai Krueng No di Aceh Jaya, mendorong salah satu perusahaan sawit di Aceh Jaya bergerak melakukan Langkah positif bagi lingkungan. Mangrove yang merupakan tanaman yang tumbuh di tepi pantai, menjadi salah satu alternatif solusi yang dipilih.
Hutan mangrove sering disebut hutan payau atau populer dengan sebutan hutan bakau. Disebut hutan payau, karena hutan ini tumbuh di atas substrat (media tumbuh) yang digenangi campuran air laut dan juga air tawar. Perpaduan keduanya menjadikan air di daerah tersebut menjadi payau. Disebut hutan bakau, karena orang sering mengenali dengan keberadaan spesies bakau yang dominan.
Pantai Krueng No merupakan pantai yang berada di desa ring 1 PT Perkasa Tunggal Plantation 3 (TPP3) yang berada di Aceh Jaya. Ya, Perusahaan yang bergerak di bidang industri kelapa sawit anak perusahan PT Astra Agro Lestari Tbk (Astra Agro) ini, berinisiasi untuk melakukan penanaman tanaman bakau di Pantai Krueng No. Dengan mengantongi izin dan berkolaborasi dengan Dinas Lingkungan Hidup di Kabupaten Aceh Jaya serta Aceh Mangrove Institute, penanaman awal dimulai dengan 200 pokok bakau di pesisir pantai yang dilakukan pada Jum’at (05/06/2024).
Penanaman awal ini selain dilakukan sebagai kegiatan menyemarakan puncak peringatan Hari Lingkungan Hidup se-Dunia, PT TPP3 juga melihat adanya potensi untuk melakukan kontribusi dalam menjaga lingkungan, yang telah menjadi komitmen perusahaan dalam bentuk kepedulian dan dalam tanggung jawab sosial bagi lingkungan dan masyakat sekitar.
“Pantai Krueng No ini menjadi salah satu lokasi vital bagi masyarakat, bisa kita lihat pantai sangat berdekatan dengan jalan raya yang aktif digunakan oleh masyarakat,” Kata Cipta Wibama Operational Director Area Aceh yang hadir dalam upacara penanaman mangrove siang itu.
Lebih jelas Cipta memaparkan salah satu fungsi mangrove adalah sebagai pencegahan abrasi pantai, yang lambat laun dapat mengakibatkan jalan raya terabrasi, oleh karena itu harapannya dengan inisiasi PT TPP3 menanam mangrove ini menjadi perlindungan bagi jalan raya sebagai lalu lintas aktivitas masyarakat Aceh Jaya khususnya.
Penanaman dihadiri oleh Direktur Aceh Mangrove Institute sebagai pengarah prosedur penanaman yang akan dilakukan oleh ratusan tim dari TPP3, Abdul Hadi mengungkapkan apresiasinya kepada TPP3 atas program yang ternyata bukan kali pertama dilakukan oleh anak perusahaan Astra Agro di Aceh ini.
“Luar biasa, kegiatan penanaman mangrove ini bentuk kepedulian bagi lingkungan dan masyarakat yang sangat positif dan begitu besar manfaatnya, kita lihat lima tahun ke depan bibit-bibit ini yang akan memberikan perubahan besar bagi Aceh Jaya,” tegas Abdul.
Riduan Manik Community Development Area Manager Aceh, melalui Azra Husaini membenarkan, PT TPP3 memang bukan satu-satunya anak perusahaan Astra Agro di Aceh yang melakukan program penanaman mangrove ini, pionernya ada di PT Perkebunan Lembah Bhakti (PLB) Aceh Singkil yang sudah menjalankan program rehabilitasi mangrove ini sejak 2018 dan masih berkelanjutan. Sehingga sejauh ini anak perusahaan Astra Agro di Aceh sudah menanam sekitar 41.000 mangrove.
“Kami selalu berupaya untuk melaksanakan tanggung jawab terhadap lingkungan dan masyarakat agar kegiatan bisnis berjalan dengan seimbang, melalui inisiasi perusahaan yang terangkum dalam sustainability Aspirations, yang dituangkan dalam program CSR” kata Azra.
Azra berharap kegiatan di TPP3 ini dapat berjalan berkelanjutan serta nantinya mampu menyasar lokasi-lokasi lain, seperti halnya yang sudah dilakukan di Aceh Singkil. Dan semoga dapat menjadi contoh bagi anak perusahaan Astra Agro lain baik di Aceh sendiri maupun wilayah operasional lainnya.
Meski siang itu semakin terik, tak mengurungkan semangat para peserta dalam proses penanaman, hingga tak terasa ratusan pokok bakau telah tertancap di areal penanaman. Tak lama lagi teriknya juga tidak akan terasa begitu menyengat karena bakau ini akan semakin tumbuh tinggi.