Penafian
Artikel ini mungkin berisi materi berhak cipta, yang penggunaannya mungkin tidak diizinkan oleh pemilik hak cipta. Materi ini disediakan dengan tujuan untuk memberikan informasi dan pengetahuan. Materi yang terdapat dalam situs web Astra Agro didistribusikan tanpa mencari keuntungan. Jika Anda tertarik untuk menggunakan materi yang memiliki hak cipta dari materi ini dengan alasan apapun yang melampaui ‘penggunaan wajar’, Anda harus terlebih dahulu mendapatkan izin dari sumber aslinya
Paser (Antara) – Perusahaan sawit PT Borneo Indah Marjaya (BIM) dan PT Palma Plantasindo (PPS) yang merupakan anak perusahaan perkebunan kelapa sawit Astra Agro Lestari di Kabupaten Paser memanfaatkan ratusan burung hantu sebagai pembasmi hama di area perkebunan.
“Satu burung untuk 20 hektar. Kami memiliki 720 burung hantu di dalam perkebunan,” kata Administratur PT BIM-PPS, Pulung Iman Santoso, di Tanah Grogot, Jumat (13/9).
Rinciannya, PT BIM memiliki 490 burung hantu dengan 286 sangkar yang sudah di bangun di beberapa blok. Sementara PT PPS memiliki 230 burung hantu dengan 188 sangkar yang tersedia.
Pulung menyebut penggunaan burung hantu untuk meningkatkan efektivitas dalam penanganan hama serta mencegah dampak negatif penggunaan racun hama yang berlebihan.
Penggunaan burung dengan nama latin Tyto Alba itu, kata dia, belum banyak digunakan perusahaan perkebunan di Kabupaten Paser.
“Itu bisa menjadi percontohan bagi perusahaan-perusahaan lain,” katanya.
Lanjut Pulung, pemanfaatan burung hantu sebagai predator alami tikus yang menyerang kebun sawit dinilai lebih murah dan ramah lingkungan.
Burung hantu yang dikembangkan di perusahaan sawit itu dapat memangsa lebih dari 100 tikus dalam sebulan atau lebih dari 3.600 dalam setahun.
Sangkar dibuat di area perkebunan dan ditempatkan di daerah yang mudah dipantau, jauh dari perumahan karyawan, dan didirikan di lokasi kantong-kantong sarang serangan tikus
Diharapkan dengan pemanfaatan burung hantu sebagai pembasmi hama alami, pihak perusahaan dapat menekan risiko kerugian yang diakibatkan hama tikus yaitu menurunkan produktivitas perkebunan.
“Dengan menekan angka hama secara efektif dan efisien, pihak perusahaan berupaya menekan kemungkinan kehilangan hasil produksi dalam jumlah besar,” tutup Pulung.
Sumber: Kaltim.antaranews.com